Thursday, 29 September 2011

MEZBAH 1: PENGORBANAN DAN KEHADIRAN TUHAN (KELUARAN 30.1-10; IMAMAT 1-7)


Di dalam kehidupan orang Israel, mezbah memegang peranan yang penting, bahkan lebih penting dibandingkan Bait Suci. Bait Suci manggambarkan bangunan fisik dimana orang Israel beribadah, sedangkan mezbah menggambarkan ibadah yang sesungguhnya.

Sebelum ada Bait Suci, mezbah dibangun untuk (1) menandai kehadiran dan perbuatan Tuhan yang dahsyat (Kej 12.7; 13.4); dan (2) mempersembahkan korban bagi Tuhan (Im 1-7). Di dalam Bait Suci, terdapat dua mezbah yang menggambarkan fungsi tersebut. Mezbah yang pertama terletak di Pelataran Bait Suci di depan Ruang Kudus. Korban sembelihan dibunuh dan darahnya dipercikkan di atas mezbah yang berlapis perunggu ini.  Selama korban dipersembahkan, api harus tetap menyala (Im 6.9). Mezbah ini disebut sebagai Mezbah Bakaran.

Mezbah yang kedua terletak di Ruang Kudus tepat di depan tirai yang menghubungkannya dengan Ruang Maha Kudus. Mezbah ini disebut Mezbah Ukupan yang permukaannya dilapisi emas. Di mezbah ini wangi-wangian dipersembahkan kepada Tuhan. Api di mezbah ini tidak boleh dibiarkan padam. Harum ukupan yang terus dibakar menjamin kehadiran Tuhan yang terus menerus di dalam kehidupan umat Israel (Kel 30.1-10).

Di sudut setiap mezbah terdapat tanduk-tanduk yang berfungsi menjaga kesucian mezbah. Apa yang di luar mezbah memiliki kualitas ‘kesucian’ yang berbeda dengan yang dipersembahkan di atas mezbah.

Orang Israel tidak datang kepada Tuhan dengan tangan hampa, tetapi selalu mempersembahkan sesuatu untuk menyenangkan Tuhan. Persembahan yang berkenan kepada Tuhan tidak ditentukan oleh nilai nominal (Im 1.1-17), tetapi (1) sesuai dengan kemampuan; (2) ditentukan oleh kualitas kesuciannya; (3) ditentukan oleh motivasi hati untuk memberikan yang terbaik.

Api yang menyala melambangkan kehadiran Tuhan. Pengorbanan sebesar apapun, jika tidak disertai oleh hadirat Tuhan adalah sia-sia. Api yang harus tetap menyala itu adalah kehangatan hubungan kita dengan Tuhan. Pertanyaan yang terpenting di dalam relasi kita dengan Tuhan bukanlah seberapa lama kita berdoa, atau seberapa besar pengorbanan kita – namun: ‘Are we continuosly connected to him?

No comments:

Post a Comment