Monday 28 May 2012

ON MOTHER'S DAY 2012

Di antara profesi-profesi yang ada di dunia ini, menjadi seorang ibu adalah salah satu yang paling sulit dan berisiko – namun juga penuh anugerah. Ada yang mengatakan bahwa proses melahirkan adalah sebuah pertarungan antara hidup dan mati. Di dalam kesakitan yang luar biasa, seorang ibu menyediakan dirinya sebagai rekan Tuhan di dalam proses penciptaan manusia. Kesakitan yang luar biasa tersebut tidak berakhir begitu saja. Masih ada tahun-tahun panjang dimana seorang ibu berperan penting di dalam pengasuhan anak-anak dan menyiapkan generasi baru yang matang dan bertanggung jawab. Renungan hari ini didedikasikan untuk menghormati para ibu dan untuk berterima kasih atas segala jasa dan pengorbanan mereka.

Yesaya 49.15 mengatakan: ‘Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak  dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.’ Meskipun fokus ayat ini adalah kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya, namun secara tidak langsung, bagian ini mengatakan bahwa kesetiaan di dalam hubungan antar manusia yang paling menyerupai kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya adalah hubungan antara ibu dan anaknya. Kata ‘melupakan’ tidak berarti ‘lupa dari ingatan’ – kata ‘melupakan’ berarti ‘mengabaikan.’ Jika demikian seorang ibu menurut Alkitab adalah seorang yang tidak pernah mengabaikan anak-anaknya, namun merwatinya dengan penuh kasih sayang.

Paulus menuliskan ‘Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya’ (1 Tesalonika 2.7). Pelayanan penggembalaan jemaat menguatamakan sebuah karakter yang disebut ‘keramahan.’ Tidaklah mudah untuk memahami arti ‘keramahan’ – namun Paulus melanjutkan bahwa ‘keramahan’itu seperti seorang ibu yang merawati anak-anaknya. Keramahan yang sejati lahir bukan karena ingin dilihat ramah, bukan pula karena terpaksa, tetapi karena kasih yang tulus dan rela. Kualitas yang demikian secara khusus dianugerahkan kepada kaum ibu di dalam merawat anak-anaknya.

Pelukis kenamaan Indonesia, almarhum Soedjojono mengatakan, ‘Dunia kita akan menjadi lebih damai, jika setiap perempuan memiliki hati seorang ibu.’ Kutipan ini begitu dalam dan begitu benar. Hati seorang ibu adalah hati yang penuh dengan kesetiaan, kasih, kerelaan, dan semangat untuk merawat, memelihara, menumbuhkan dan membangun – tidak melupakan, tidak mengabaikan, tidak merusak, dan tidak menghancurkan.

PENTAKOSTA: ROH KUDUS DICURAHKAN (YOEL 2.28-32)

Keajaiban-keajaiban yang direkam di dalam Kisah Rasul 2 berkaitan dengan turunnya Roh Kudus sesungguhnya telah dinubuatkan oleh Tuhan melalui mulut seorang nabi Perjanjian Lama yang bernama Yoel (2.28-32). Nubuat ini amat menarik untuk memberikan kerangka dasar mengenai Pentakosta. Yoel mengatakan bahwa aka nada saatnya dimana Tuhan itu akan mencurahkan Roh-Nya kepada setiap manusia (ay. 28). Saat yang dimaksud adalah suatu waktu sebelum jaman ini berakhir (ay. 29, 31). Pencurahan Roh Kudus tidak terjadi di Surga nanti, tetapi di dunia sekarang ini.

Roh Kudus dicurahkan tanpa mengenal perbedaan jender, kelompok usia dan status sosial. Baik laki-laki dan perempuan dapat menerima pencurahan Roh Kudus.  Anak-anak, para pemuda dan pemudi serta orang-orang tua dapat menerima pencurahan Roh Kudus. Hamba-hamba (baca: budak) juga dapat menerima Roh Kudus. Ungkapan ‘semua manusia’ di dalam ayat ke-28 lebih tepat untuk dimengerti sebagai ‘semua jenis manusia.’ Dengan kata lain, peristiwa pencurahan Roh Kudus ini di satu sisi bersifat universal, dan di sisi lain juga ajaib dan fenomenal.

Setiap orang Kristen tidak terkecuali siapapun dia seharusnya hidup oleh Roh Kudus. Roh Kudus dicurahkan sebagai penanda bagi penerimanya bahwa ia sungguh-sungguh pengikut Yesus Kristus. Di dalam Kisah Rasul 2, Roh Kudus turun seperti lidah-lidah api yang menyambar-nyambar. Murid-murid Tuhan Yesus kemudian dikaruniai dengan berbagai bahasa asing dan bahasa Roh. Kejadian yang ajaib ini sungguh diperlukan murid-murid Tuhan mengingat mereka pada waktu itu di dalam keadaan yang lemah secara emosi ditinggal oleh Sang Guru. Roh Kudus yang dicurahkan kepada murid-murid, namun demikian memberikan keberanian yang luar biasa, sehingga mereka diberi semangat untuk melayani dan dimampukan untuk memberitakan Injil bahkan sampai ke ujung bumi (Kis 1.8).

Lidah api dan bahasa Roh barangkali tidak dapat menjadi patokan bagi pencurahan Roh Kudus atas umat percaya. Satu hal yang pasti, ketika Roh Kudus dicurahkan, penerimanya menjadi seseorang yang bersemangat untuk melayani, mampu untuk melayani dan berani untuk melayani, khususnya di dalam pemberitaan Injil.

BAPTISAN ROH KUDUS (KISAH RASUL 1.4-8)

Salah satu tema yang menarik untuk didiskusikan di dalam pemahaman iman Kristen adalah ‘baptisan Roh Kudus.’ Renungan singkat di bawah ini tidak berusaha untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai arti Baptisan Roh Kudus. Artikel di bawah ini mencoba untuk menggali sebuah teks pendek di dalam Kisah Para Rasul, dimana ungkapan ‘Baptisan Roh Kudus’ dinyatakan (Kis 1.4-8).

Pertama, baptisan Roh Kudus di dalam ayat ke-5 dihubungkan dengan janji Bapa di dalam ayat ke-4 (band. Lukas 24.49) untuk mengirim Roh-Nya yang kudus. Roh yang kudus itu akan melengkapi umat percaya dengan kuasa dari tempat tinggi. Murid-murid yang sebelumnya amat bergantung pada kuasa Tuhan Yesus mengalami ketakutan dan kegentaran yang luar biasa karena ditinggal sang Guru yang Ajaib. Karenanya mereka diperintahkan untuk menantikan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Bapa supaya mereka dapat meneruskan pelayanan dan pekerjaan Tuhan Yesus dengan penuh kuasa dan otoritas. Karenanya baptisan Roh Kudus tidak terlalu berhubungan dengan peristiwa pertobatan. Baptisan Roh Kudus lebih berkaitan dengan tugas pelayanan yang dipenuhi oleh kuasa ilahi.

Kedua, baptisan Roh Kudus adalah pengalaman yang berbeda dari peristiwa kelahiran baru. Meskipun di dalam peristiwa kelahiran baru, Roh Kudus bekerja dengan nyata, namun demikian peristiwa tersebut berbeda dengan baptisan Roh Kudus yang adalah pencurahan kuasa Roh Kudus bagi umat percaya (Kis 1.5). Baptisan Yohanes identik dengan pertobatan. Baptian Roh Kudus adalah peristiwa yang dialami oleh orang-orang yang telah dibaptis dengan air (baptisan pertobatan). Oleh karenanya, kesimpulan yang mengatakan bahwa baptisan Roh Kudus identik atau terjadi bersamaan pada peristiwa kelahiran baru nampaknya tidak terlalu tepat. Dengan kata lain, baptisan Roh Kudus menurut Kisah 1.5 adalah pengalaman kedua setelah kelahiran baru.

Ketiga, akibat dari baptisan Roh Kudus adalah semangat dan keberanian untuk menjadi saksi Tuhan bahkan sampai ke ujung bumi (Kis 1.8). Jika demikian peristiwa baptisan Roh Kudus tidaklah selalu berhubungan dengan ecstatic experiences (pengalaman ajaib), meskipun bisa saja itu terjadi. Baptisan Roh Kudus nampaknya lebih berhubungan dengan pembaharuan karakter, khususnya di dalam semangat, keberanian dan kerelaan untuk pergi menjadi saksi-saksi Kristus ke seluruh dunia.

Saturday 5 May 2012

ROH KUDUS DAN GEREJA-NYA (1 KORINTUS 12-14)

Bagi gereja beraliran Pentakosta, kehadiran Roh Kudus ditandai dengan karunia berbahasa Roh. Bagi gereja beraliran Reformasi, kehadiran Roh Kudus nyata di dalam pengakuan dosa, pertobatan dan perubahan karakter. Bagi para misionaris, pekerjaan Roh Kudus nyata melalui pemberitaan Injil kepada mereka yang belum percaya. Bagi pekerja sosial Kristen, Roh Kudus adalah pribadi yang melahirkan rasa belas kasihan bagi orang-orang miskin dan terlantar. Setiap pelayanan Kristen yang berdampak mendapatkan bukan saja sumber energi, namun juga tuntunan Roh Kudus. Pelayanan Kristen tanpa Roh Kudus adalah kegiatan manusia belaka yang tumpul dan tidak ada kuasanya.

Gereja adalah satu-satunya lembaga yang didirikan oleh Tuhan Yesus salama hidup-Nya di dunia ini (Matius 16.18). Gereja ada untuk menjadi alat Tuhan di dalam menyatakan kehadiran Tuhan dan kerajaan-Nya di tengah-tengah dunia ini.  Peran gereja dan umat percaya yang seharusnya adalah (1) menjadi teladan bagi dunia melalui karakter ilahi yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus selama hidup-Nya; (2) mendemonstrasikan kuasa Tuhan yang aktif bekerja di tengah-tengah umat-Nya dan di atas muka bumi ini; (3) melakukan tugas pemuridan dan pemberitaan Injil bagi semua bangsa; (4) menyatakan kasih Tuhan kepada mereka yang miskin, terlantar dan membutuhkan pertolongan. Tugas yang berat ini hanya akan berhasil dengan baik, jika Roh Kudus secara aktif diijinkan dan diundang untuk hadir di dalam gereja-Nya.

Kehadiran Roh Kudus di dalam pelayanan gereja dimanifestasikan salah satunya di dalam bentuk karunia-karunia Roh Kudus. Pertama, karunia Roh Kudus selayaknya digunakan untuk pembangunan Tubuh Kristus (1 Kor 12.7; Ef 4.12). Kedua, karunia Roh Kudus menyatukan umat-Nya (1 Kor 12.4-6); Umat percaya bagaikan sebuah keeping puzzle yang menjadi indah jika dihubungkan dengan keeping puzzle yang lain. Roh Kudus menyatakan kuasa-Nya di tengah umat Tuhan yang bersatu. Kuasa Roh Kudus tidak dapat berjalan bersama suburnya konflik dan semangat individualisme di antara umat Tuhan. Ketiga, karunia Roh Kudus memanggil kita untuk saling memperhatikan (1 Kor 12.14-26; 13). Kita tidak hanya dipanggil untuk mendemonstrasikan kuasa Roh Kudus kepada dunia, tetapi juga kasih kepada sesama anggota Tubuh Kristus.