Thursday, 29 September 2011

BERTOBAT DAN MENGHASILKAN BUAH (LUKAS 13.1-9)

Mencampurkan darah korban binatang dengan darah manusia adalah hal yang keji dan menjijikkan, meskipun manusia itu mati karena dihukum (ay. 1-2). Tidak satupun dari kita menginginkan kematian yang sedemikian hinanya. Demikian juga mati beramai-ramai karena tertimpa menara adalah tragedy yang mengenaskan (ay. 3-4). Wajarlah jika orang banyak bertanya-tanya: ‘Dosa sebesar apakah yang telah mendatangkan kematian yang sedemikian mengerikannya? Orang banyak mungkin berpikir bahwa mereka tidak layak untuk mati seperti itu, atau dengan kata lain mereka menganggap diri lebih baik atau lebih benar dari yang lainnya. Namun Tuhan Yesus dengan tegas menyangkal sangkaan mereka (ay. 3 & 5).  Tidak ada hubungan langsung antara dosa manusia dengan cara matinya (ay. 3 & 5).

Jika pohon Ara di dalam ayat 6-9 juga menggambarkan kehidupan manusia, maka manusia tersebut juga hampir mati secara mengenaskan: ia hampir dibunuh (ditebang), karena hidupnya tidak menghasilkan buah sesuai yang diharapkan.

Tuhan Yesus setidaknya mengajarkan bahwa seseorang tidak dianggap benar dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain, tetapi melalui (1) pertobatan yang sejati; dan (2) hidup yang menghasilkan buah (ketaatan, karakter, kesaksian). Di dalam perumpamaan ini, Tuhan Yesus juga mengajarkan bahwa disiplin dan kerja keras diperlukan untuk menghasilkan buah-buah kehidupan yang memuliakan Tuhan dan memberkati sesama (ay. 8b) 

Bagaimanakah hidup kita? Apakah kita telah hidup di dalam pertobatan yang sungguh-sungguh dan meninggalkan hidup lama yang penuh dosa? Apakah Tuhan telah puas melihat buah-buah kehidupan yang kita hasilkan? Tuhan sabar menantikan kita, bahkan Ia masih memberikan kesempatan sekali lagi dan yang terakhir bagi kita untuk bertobat dan berbuah (ay. 8a & 9).

Firman Tuhan hari ini mengingatkan saya pada penggalan lirik lagu ‘…Putuskanlah sekarang, esok kan terlambat!’ Musim akan segera berganti, waktunya tidak terduga.

No comments:

Post a Comment