Wednesday 9 November 2011

MONEY AND THE RELIGION OF JESUS (LUKAS 16.1-9)

Salah satu agama yang paling berpengaruh di dunia adalah ‘Agama Kekayaan’ (The Religion of Wealth). Mesin utama agama ini adalah uang di dalam beragam penampakannya. Pembaca boleh menerima atau menolak, namun memang demikianlah kenyataan di atas muka bumi ini. Uang adalah sebuah tenaga yang maha dahsyat. Gara-gara uang, suami istri bercerai, anak membunuh orangtuanya, pejabat dipenjara. Namun gara-gara uang juga, banyak orang miskin ditolong, sekolah dengan mutu pendidikan yang baik didirikan, dan gereja dengan bangunan yang megah dibangun. 

Di dalam Lukas 16.1-9, uang telah mengakibatkan seorang bendahara dipecat dari pekerjaannya. Mengapa demikian? Bendahara tersebut telah menyalahgunakan dan menghamburkan uang tuannya untuk kepentingan pribadinya. Sang tuan merasa tidak saja dirugikan secara materi, tetapi juga dipermalukan oleh tingkah laku bendahara ini (16.1-3). 

Untuk menyelamatkan dirinya, bendahara ini melakukan sesuatu yang oleh tuannya disebut cerdik (16.5-8a). Reputasi buruk selalu mengikuti sebuah proses pemecatan: jika bendahara ini dipecat, ia tidak dapat bekerja sebagai bendahara lagi – sedangkan ia tidak memiliki keahlian lain. Apa yang dilakukannya adalah meringankan beban orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Dengan demikian, orang-orang tersebut akan memuji kebaikan sang tuan. Dengan cara inilah si bendahara membayar kerugian dan rasa malu yang diderita tuannya. Bendahara ini setidaknya berharap (1) orang-orang yang diringankan hutangnya, akan berbalik menolongnya sebagai balas jasa, atau (2) sang tuan membatalkan surat pemecatannya.

Perhatikanlah bahwa masalah yang dialami oleh bendahara ini disebabkan oleh uang. Sang tuan memecat bendahara ini karena uang-nya dikorupsi. Bendahara ini memutar akal supaya dirinya tidak dipecat karena butuh uang. Dan hebatnya solusi yang ditemukan oleh bendahara ini menggunakan uang. Realita kehidupan manusia tergambar jelas di dalam perumpamaan ini: alasan (motivation), tujuan (goal) dan cara (methodology) dikendalikan oleh uang. Pada akhirnya Yesus-pun tidak membenci uang, namun Ia mengingatkan bahwa ada yang lebih penting dari uang yang fana, yaitu ‘diterima di kemah abadi’.  Bagi si bendahara, kemanan finansial adalah yang utama (16.4 à ‘rumah mereka’), bagi Tuhan Yesus keselamatan jiwa adalah yang utama dan lebih penting (16.9 à ‘kemah abadi’). Apakah agama kita? Uang atau Tuhan Yesus? 

No comments:

Post a Comment