Sunday, 13 November 2011

RENDAH HATI #1

Beberapa hari yang lalu, ada yang bertanya kepada saya mengenai contoh nyata dari kerendahan hati. Seperti apa sih orang yang rendah hati itu? Jika pertanyaannya mengenai ‘contoh’ jawabannya bisa banyak sekali. Tetapi ‘contoh’ kan identik dengan ‘sample’ – jadi saya mencoba memberikan beberapa di antaranya saja: satu contoh per post saja supaya mudah dicerna.

Orang yang rendah hati itu ingin dikenal secara utuh sebagai dirinya sendiri. Ia tidak ingin dikenal oleh karena jasa-jasa dan karya-karyanya semata. Jika seseorang merasa senang untuk dikenal karena karya-karya dan jasa-jasanya, maka hobby orang itu adalah menyembunyikan cacat dan kelemahannya. Hobby berikutnya – meskipun jarang disebut – adalah supaya orang mengidolakan dia karena kelebihan-kelebihannya.

Suatu saat di negeri antah berantah, hiduplah seorang pendeta, namanya si Otong. Ia memimpin jemaat yang jumlahnya sekarang ini seribu orang. Si Otong Nampak begitu bangga pada jemaatnya (ini bukan dosa lho), tetapi yang lebih parah, ia kadang-kadang (tidak sering-sering amat, cuma seminggu sekali saja) menceritakan bahwa jumlah yang seribu itu bisa tercapai gara-gara kerja keras, pengorbanan, perencanaan dan harga yang dibayarnya selama lima tahun terakhir ini. Menurut saya, tapi ini hanya pendapat saya pribadi yang bisa salah, si Otong bukan pendeta yang rendah hati. Di hati kecil saya terdengar tiga suara: Satu, coba kalau pendeta gereja tersebut bukan si Otong, mungkin jemaatnya sudah sepuluh ribu sekarang ini. Dua, si Otong memang berhasil mengumpulkan seribu orang, tetapi dia mungkin sudah ‘mengusir’ dua ribu orang lainnya. Tiga, si Otong lupa bahwa dengan berjalannya waktu, jemaatnya yang seribu ini semakin mencintainya dan mengidolakannya. Apa jadinya kalau si Otong mati? Apakah ada sistem putra mahkota berdasarkan wangsit sesepuh atau bubar saja? Ah....ternyata sementara saya menulis terdengar suara ke-empat, ke-lima dan seterusnya.

Contoh di atas sebenarnya bukanlah contoh orang yang rendah hati, sebaliknya contoh dari orang yang tidak rendah hati. Kenyataannya memang lebih mudah menuliskan contoh orang yang tidak rendah hati dibandingkan menuliskan contoh orang yang rendah hati, karena memang sikap yang rendah hati itu lebih sulit dan lebih mahal dibandingkan sikap yang tidak rendah hati. Dulu ada yang pernah bertanya kepada saya, 'Mengapa begitu susah menjadi orang yang rendah hati?' Saya tidak dapat menjawabnya. Lalu ia yang bertanya itu, menjawabnya, 'Karena begitu mudah untuk menjadi orang yang tidak rendah hati.'

No comments:

Post a Comment