Monday 10 October 2011

RELASI YANG SEHAT DENGAN TUHAN DAN SESAMA (LUKAS 14.7-24)

Pada jaman dimana teknologi komunikasi belum semaju sekarang ini, jamuan makan adalah sebuah peristiwa yang sangat penting di dalam hubungan antar manusia. Peristiwa-peristiwa penting diakhiri atau diawali dengan jamuan makan. Sampai hari inipun, jamuan makan tetaplah penting di dalam mengeratkan relasi antar manusia. Di dalam Lukas 14.7-24, Tuhan Yesus mengajarkan tiga perumpamaan mengenai perjamuan makan untuk menggambarkan bagaimana relasi antara manusia dengan Tuhan dan sesamanya dapat dibangun dengan sehat.

Pertama, manusia yang ingin memiliki relasi yang sehat dengan Tuhan dan sesamanya perlu memiliki sikap yang rendah hati (14.7-11). Rendah hati berarti tidak merasa diri lebih penting, lebih baik, dan lebih terhormat dibandingkan yang lainnya. Orang yang rendah hati bukan saja disayang oleh sesamanya, tetapi juga disayang oleh Tuhan (14.10-11; Ams 25.6-7). Sebaliknya orang yang sombong direndahkan, dipermalukan dan dihancurkan reputasinya. Kita tidak pernah dapat menjadi berkat bagi orang lain, jika kita merasa lebih baik dibandingkan dengan orang lain tersebut.

Kedua, manusia yang ingin memiliki relasi yang sehat dengan Tuhan dan sesamanya dituntut untuk tidak membeda-bedakan sesamanya dan tidak hidup dengan mentalitas ‘parasit’ (14.12-14). Tuhan Yesus mengajarkan supaya kita tidak membangun hubungan dengan orang-orang yang mampu saja, tetapi juga orang-orang yang miskin dan cacat. Lalu, apa yang dimaksud dengan mentalitas ‘parasit’? Mentalitas ‘parasit’ adalah sikap yang menjalin hubungan hanya untuk mendatangkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Semua hubungan dinilai dari besarnya keuntungan yang akan didapatkan. Mentalitas ‘parasit’ membangun relasi yang semu.. Sebaliknya ketika kita memberkati orang-orang yang tidak mampu, Tuhan sendiri yang akan menyayangi kita (14.14b).

Ketiga, manusia yang ingin memiliki relasi yang sehat dengan Tuhan dan sesamanya dituntut untuk taat kepada panggilan Tuhan: tidak pernah menolak maupun menundanya (14.15-24). Jika ada hal-hal yang menjadi lebih penting dibandingkan Tuhan, maka di situlah akar dari segala permasalahan hidup: bukan saja di dalam relasi kita dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama.

3 comments:

  1. Mantap... pa Ery, klo bisa diperpanjang dunk tulisannya (tapi gak perlu kayak novel :)), lage menikmati eh... udah abis.... jadi mirip kayak summary. Salam (PD)

    ReplyDelete
  2. Pak Ery, bisa nggak tulisannya dibuat hitam warnanya, soale agak susyah bacanya. GB.

    ReplyDelete
  3. Terima kasih untuk inputnya. Di blog ini memang saya membatasi supaya postingnya tidak panjang-panjang. Supaya pembaca sedikit penasaran juga. Apakah tulisannya bisa diubah jadi hitam? Tentu bisa, namun tidak akan terbaca karena backgroundnya gelap. Trims.

    ReplyDelete