Orang Farisi memberitahu Tuhan Yesus bahwa Herodes hendak membunuh-Nya. Memang tidak satupun manusia yang mau mati dibunuh, namun tidak satupun manusia dapat terhindar dari kematian. Kehidupan di dunia fana ini diakhiri di liang kubur. Yang membedakan antara satu individu dari yang lainnya, adalah bagaimana ia mengisi kehidupannya. Meskipun Tuhan Yesus tahu bahwa Ia akan segera disiksa dan mati disalibkan, namun Ia tetap giat melayani, mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit (Lk 13.31-32). Nilai hidup kita tidak ditentukan oleh panjangnya umur, namun oleh karya, pelayanan serta tanggung jawab terhadap apa yang Tuhan percayakan kepada kita.
Yerusalem sampai hari ini adalah kota suci. Yerusalem bukanlah kota ‘penuh dosa’ seperti Las Vegas. Yerusalem setara dengan Mekah atau Vatican. Namun, Tuhan Yesus sendiri terheran-heran memahami bahwa di kota suci inilah banyak nabi dan utusan Tuhan dibunuh (Lk 13.33-35). Yerusalem tampak seperti kota suci, namun kota ini sesungguhnya tidak suci. Nilai hidup kita tidak ditentukan oleh ritual agamawi semata, namun oleh sikap hati yang tulus dan suci.
Agama memuja ritual, Tuhan Yesus mengedepankan kasih dan kebenaran. Secara tertulis, Tuhan Yesus seolah-olah bertanya, ‘Bolehkan menyembuhkan orang pada hari Sabat?’ (Lk 14.3). Jawaban yang diharapkan bukanlah ‘boleh’ atau ‘tidak boleh.’ Jawaban yang diharapkan adalah siapa yang mau menyembuhkan orang yang sakit ini (Anybody care?). Orang Farisi berdebat mengenai Taurat, berdiskusi mengenai etika, dan mengajar moralitas – namun mereka tidak berbuat apa-apa. Mereka hanya sanggup menjawab ‘boleh’ atau ‘tidak boleh.’ Tuhan Yesus melihat orang yang sakit ini tergerak oleh hati yang penuh belas kasihan dan menyembuhkannya. Nilai hidup kita tidak tergantung pada seberapa banyak pengetahuan yang kita miliki, namun oleh kasih yang bertindak.
Bagaimana dengan hidup kita? Sudah berapa lama kita hidup sebagai orang Kristen? Apakah kita Kristen panjang umur atau Kristen giat melayani? Apakah kita Kristen Yerusalem (ritual) atau Kristen yang tulus dan suci? Apakah kita Kristen ‘boleh – tidak boleh’ atau Kristen penuh kasih?
No comments:
Post a Comment