Sunday 2 October 2011

KEPUTUSAN HIDUP YANG BENAR

Seorang anak yang gagal di dalam ujian sekolahnya baru saja dimaki-maki oleh orangtuanya. Katakan saja nama anak itu Petrus. Dengan nada yang tinggi, orangtuanya berkata kepada Petrus: 'Seharusnya kamu belajar dengan sungguh-sungguh kemarin malam! Bukan sibuk dengan nonton TV, chatting dan facebook!' Bagi kedua orangtuanya, anak ini telah mengambil keputusan yang salah karena ia tidak menggunakan waktu untuk belajar, tetapi justru nonton TV dan sibuk berjejaring sosial. - SELA

Seorang anak yang lain juga gagal di dalam ujian di sekolahnya untuk mata pelajaran yang sama. Padahal anak ini begitu rajin belajar, bukan hanya satu hari, tetapi seminggu penuh ia mempersiapkan diri untuk ujian mata pelajaran ini. Nama anak ini, katakanlah Yohanes. Kali ini, Yohanes diolok-olok oleh teman-teman sekolahnya: 'Kamu bodoh! Lihat temanmu si Petrus, dia menikmati facebook, chatting, nonton film dan tidak lulus! Kamu menyiksa diri belajar siang malam dan tidak lulus juga - RUGI!' Bagi teman-teman Yohanes, ia telah salah mengambil keputusan untuk belajar siang malam, jika toh hasilnya tidak lulus juga. - SELA

Kisah di atas adalah secuil contoh bagaimana manusia sudah sedemikian rupa dikendalikan oleh hasil akhir (result oriented). Keputusan yang baik dan benar selalu dihubungkan dengan hasil akhir yang sukses tanpa cacat. Jika keputusan itu di dalam dunia bisnis, berarti keuntungan melimpah. Jika keputusan itu menyangkut pekerjaan berarti kenaikan gaji dan promosi. Jika keputusan itu menyangkut perjodohan berarti lamaran diterima. Jika keputusan itu menyangkut sekolah, berarti lulus suma cumlaude. - SELA

Manusia lupa bahwa keputusan-keputusan yang diambilnya tidak semata berhubungan dengan hasil akhir - namun juga dengan PROSES perjalanan menuju hasil akhir. Keputusan untuk menanam padi hari ini tidak akan menghasilkan beras yang baik hasilnya jika tidak disertai keputusan untuk mengatur irigasi setiap minggunya, keputusan untuk mencabut tanaman-tanaman pengganggu setiap dua minggu, keputusan untuk mengusir tikus-tikus dan burung-burung pemangsa, dan tentu pada akhirnya keputusan untuk memanen bulir-bulir padi yang telah masak itu. SELA

Dan sekalipun jika semua keputusan yang diambil sudah benar dan dilakukan dengan baik, dan hasilnya masih buruk juga, maka pada saat itulah manusia disadarkan bahwa hidupnya tidak dikendalikan oleh keputusannya sendiri - meskipun keputusan-keputusan tersebut adalah benar adanya. Manusia bukan raja - Tuhan berdaulat.

Ternyata - Ternyata - Ternyata manusia itu telah menjadi terlalu duniawi dan materialistis, karena manusia terlalu menghubungkan keputusan yang benar dengan hasil yang baik. Seharusnya, supaya lebih adil: keputusan-keputusan yang benar itu pertama-tama menghasilkan sebuah PROSES yang benar dan baik pula - regardless what the end results are (Yakobus 4.13-15).

No comments:

Post a Comment