Gambaran
mengenai seorang gembala sering dilekatkan kepada Tuhan, bukan hanya di dalam
Perjanjian Baru, tetapi juga sepanjang Perjanjian Lama. Di dalam Yohanes
10.1-5, Tuhan Yesus menceritakan sebuah perumpamaan mengenai seorang gembala
dan domba-dombanya. Gembala itu adalah Tuhan Yesus (ay. 11, 14). Domba-domba
itu adalah umat percaya yang dikasihi-Nya (ay 7-18). Tuhan Yesus juga
menggambarkan dirinya sebagai pintu (ay. 7-11) menuju ke tempat di mana
domba-domba merasakan keamanan, keselamatan dan kenyamanan. Dengan kata lain,
Tuhan Yesus adalah jalan satu-satunya bagi manusia untuk mengalami keselamatan
dan hidup yang kekal. Namun demikian bacaan kita hari ini menyatakan kebenaran
yang lebih dalam lagi: Tuhan Yesus bukan hanya menganugerahkan keselamatan
kepada mereka yang percaya kepada-Nya, Ia juga memelihara dan melindungi mereka
dari tangan si jahat.
Gembala yang
baik berbeda dari seorang pencuri atau perampok. Pencuri dan perampok masuk ke
dalam kandang tidak melalui pintu, karena pintu itu adalah Tuhan Yesus sendiri.
Pencuri dan perampok masuk dengan maksud mengambil domba-domba untuk membunuh
dan membinasakan mereka. Gembala yang baik sebaliknya ada di sana untuk
memberikan kehidupan bagi domba-domba-Nya. Bukan kehidupan yang biasa-biasa
saja, tetapi kehidupan yang penuh dengan limpah (ay. 10).
Gembala yang
baik juga berbeda dengan seorang gembala upahan (ay. 11-13). Gembala yang baik
melakukan segala sesuatu dan membayar harga untuk keselamatan domba-domba-Nya.
Gembala upahan sebaliknya melarikan diri dan menyelamatkan diri sendiri ketika
ancaman datang. Kasih yang diberikan oleh seorang gembala yang baik tidak
terbatas dan tidak bersyarat: Ia bahkan memberikan nyawanya sendiri demi
keselamatan domba-domba-Nya (ay.11).
Gembala yang
baik mengenal dan dikenali oleh domba-domba-Nya (ay. 8; 14-16). Relasi antara
Gembala yang baik dan domba-domba-Nya itu hidup. Domba-domba mendengarkan dan
taat kepada Gembala yang baik itu. Relasi sehat seperti ini sebenarnya adalah
penanda mana domba-domba yang sungguh-sungguh menjadi milik sang Gembala yang
baik, dan mana domba-domba palsu yang datang hanya untuk mengenyangkan perutnya
saja. Domba asli dan domba palsu tidak dibedakan berdasarkan asal-usulnya.
Tuhan menerima siapa saja yang datang dan percaya kepada-Nya (ay. 16). Domba
asli dan domba palsu dibedakan berdasarkan ketaatan kepada suara Tuhan, sang
Gembala yang baik.
No comments:
Post a Comment