Ranting yang
telah mati atau terlepas dari pohonnya tidak lagi menghasilkan buah. Sebaliknya
ranting yang masih melekat pada pohon induknya masih mungkin untuk berbuah.
Jika pohon induknya sehat dan subur, maka ranting-rantingnya dapat berbuah
lebat. Tuhan Yesus mengatakan bahwa diri-Nya adalah bak pokok anggur yang benar
(ay. 1). Tuhan Yesus adalah bagaikan pohon induk – namun bukan sembarang pohon
induk, Ia adalah yang benar. Manusia adalah ranting-ranting. Ada
ranting-ranting yang berbuah dan ada ranting-ranting yang tidak berbuah.
Ranting-ranting yang tidak berbuah dipotongnya. Mengapa demikian? Memelihara
ranting yang tidak berbuah adalah pemborosan. Sedangkan ranting-ranting yang
berbuah dibersihkan supaya semakin lebat berbuah (ay. 2).
Kunci dari
berbuah lebat di dalam perumpamaan ini adalah terhubung dengan pohon induk yang
benar tadi. Penghubungnya adalah firman Tuhan (ay. 3, 7). Jika demikian kunci
hidup yang berbuah lebat adalah persekutuan di dalam firman Tuhan. Nah, apakah
yang dimaksud dengan buah yang lebat tadi? Buah-buah yang dihasilkan, tentunya
adalah kehidupan yang sesuai dengan firman Tuhan dan di dalam ketaatan
kepada-Nya. Jika ada orang yang banyak membaca firman Tuhan, namun tidak taat
kepada-Nya, maka ia akan bernasib seperti ranting yang tidak menghasilkan buah.
Dengan kata lain, ia akan dipotong dan dicampakkan ke dalam api (ay. 6). Kunci
kehidupan orang percaya yang sejati tidak terletak pada berapa banyak ia
bersekutu dengan firman Tuhan saja, tetapi berapa banyak hidupnya mencerminkan
nilai-nilai firman Tuhan itu sendiri. Sebaliknya, kebajikan semata, tanpa
persekutuan di dalam firman Tuhan berarti kehidupan yang sama sekali tidak
terhubung dengan pokok anggur yang benar tadi.
Firman Tuhan
perlu tinggal di dalam kita dan kita perlu tinggal di dalam Tuhan (ay. 7-8).
Renungkan hal ini: (1) Adakah kita menyediakan tempat bagi firman Tuhan untuk
hidup di dalam kita? Adakah waktu membaca, merenungkan dan mempraktekkan firman
Tuhan di dalam keseharian kita? Adakah tekad untuk taat sepenuhnya kepada apa
yang kit abaca di dalam firman Tuhan? (2) Adakah kita lebih senang tinggal di
dalam Tuhan atau di tempat lain? Tempat-tempat apakah yang paling menarik untuk
dikunjungi? Adakah tempat-tempat tersebut lebih indah dibandingkan hidup di
dalam hadirat Tuhan?
Perhatikanlah
dengan seksama: (1) Jawaban doa yang paling ampuh bukan diberikan kepada
seseorang yang banyak berkotbah, aktif pelayanan dan suka berbuat baik. Jawaban
doa diberikan langsung dan manjur kepada mereka yang taat kepada firman Tuhan;
(2) Cara yang paling ampuh untuk memuliakan Tuhan bukanlah dengan aktif
melayani, menjadi pendeta, menyanyi atau membagi-bagikan harta, sebaliknya
Tuhan sendiri berkata bahwa Nama-Nya dimuliakan ketika kita hidup berbuah
sesuai dengan firman Tuhan. Dan itulah tanda utama murid-murid Tuhan yang
sejati.
No comments:
Post a Comment