Manusia
diciptakan Tuhan untuk hidup menyembah Tuhan. Penyembahan kepada Tuhan dapat
dilakukan di dalam bentuk ibadah, mengasihi sesama manusia dan hidup
bertanggung jawab terhadap dunia ciptaan Tuhan. Ketiga peran tersebut
seharusnya dilakukan dengan seimbang dan utuh. Ketika Tuhan menciptakan kita,
Ia melengkapi kita untuk melakukan pekerjaan dan panggilan-Nya yang khusus di
dalam hidup kita.
Zakheus adalah
seorang konglomerat dan birokrat yang hidup pada jaman Tuhan Yesus. Ia
dianugerahi dengan kekayaan materi dan otoritas. Hidup kerohanian Zakheus tidak
perlu diragukan lagi. Ia berusaha keras untuk mencari Tuhan Yesus, bahkan
sampai naik ke atas pohon – tindakan konyol yang memalukan untuk seorang
pejabat kaya. Yesus sendiri mengatakan bahwa Zakheus adalah anak Abraham dan
berhak untuk menerima keselamatan. Namun demikian, ayat kunci dari cerita
Zakheus adalah Lukas 19.8. Zakheus memberikan setengah dari hartanya untuk
orang-orang miskin. Dan lagi sebagai tanda pertobatannya, ia mengembalikan
empat kali lipat kepada orang-orang yang pernah diperasnya. Apa yang kita dapat
pelajari dari seorang Zakheus?
Pertama, apa yang diberikan Tuhan
kepadanya, diberikannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Ini adalah kunci utama
dari hidup yang berdampak. Hidup Kristen adalah seperti air sungai yang
mengalir ke tempat-tempat yang rendah. Hidup Kristen tidak seperti kubangan
lumpur yang menyerap segala sesuatu tanpa ada saluran pembuangannya. Sadarkah
kita bahwa semua yang Tuhan berikan seharusnya dipakai untuk memberkati
orang-orang lain?
Kedua, Zakheus tidak mencintai apa yang
dimilikinya lebih dari Tuhan. Zakheus memahami bahwa Tuhan mengasihi
orang-orang miskin. Itu karenanya, ia memberikan hartanya kepada orang-orang
miskin. Untuk membuka kunci bagi hidup yang berdampak, kita perlu menghancurkan
kecintaan kepada diri sendiri dan mengutamakan kepentingan diri sendiri yang di
luar kewajaran. Ketika kita melihat (dan memikirkan tentang, dan berbuat untuk)
diri sendiri terlalu lama, maka kita akan menjadi buta dan gagal untuk mengerti
isi hati Tuhan dan mengasihi orang-orang lain.
Ketiga, terkadang untuk menjadikan hidup
ini berdampak, kita perlu untuk berenang melawan arus (sometimes we need to swim against the stream). Apa yang dilakukan
oleh Zakheus di luar akal sehat manusia. Seorang pejabat kaya naik ke atas
pohon? Namun itulah permulaan dari pertobatannya. Mengembalikan empat kali
lipat kepada orang-orang yang diperasnya? Mengapa sampai empat kali lipat?
Memberikan setengah dari hartanya untuk orang-orang miskin? Sebesar itukah yang
dilakukannya? Hidup berdampak sering menuntut radikalisme. Hidup dari
orang-orang seperti Mahatma Gandhi, Mother Teresa, dan Tuhan Yesus sendiri
adalah contoh kehidupan yang tidak biasa
dan melawan arus. Hidup memberi dampak sering membutuhkan bukan saja kemurahan
dan kerelaan untuk menolong – tetapi sebuah TEKAD dan KEBERANIAN.
No comments:
Post a Comment