Saturday, 2 June 2012

JESUS: THE BREAD OF LIFE (JOHN 6.25-59)

Di antara kebutuhan pokok, makanan adalah kebutuhan paling mendasar. Sesuai dengan kebiasaan makan di Palestina, makanan pokok dilambangkan dengan roti. Mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus ketika memberi makan lima ribu orang melibatkan roti dan ikan (Yoh 6.1-15). Pada pasal yang sama, Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai ROTI HIDUP (Yoh 6.25-59). 

Beberapa karakteristik Roti Hidup adalah: (1) Roti biasa dibuat manusia dan dapat dibeli di supermarket – Roti Hidup datang dari surga dan diutus oleh Allah Bapa (ay. 32-33, 51, 61); (2) Berbeda dengan roti yang biasanya kita makan, roti hidup bersifat kekal, memuaskan dan menghidupkan (ay. 32-33, 35, 51, 58); (3) Roti biasa mengenyangkan perut, Roti Hidup menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib (ay. 51-58).

Yang menarik dari pengajaran Tuhan Yesus mengenai Roti Hidup adalah respon manusia yang berbeda-beda. Pertama, manusia pada umumnya berburu roti yang mengenyangkan perut – bukan ‘roti’ yang menyelamatkan hidup (ay. 26-27). Manusia yang mengaku Kristen sekalipun sering melalui sebuah kehidupan yang berorientasi pada benda dan kekayaan materi semata. Kedua, ada juga orang-orang yang secara sadar menolak klaim Tuhan Yesus sebagai roti hidup. Sikap ini diwakili oleh orang-orang Yahudi (ay. 41-42). Secara jelas, mereka menolak bahwa Yesus adalah Anak Allah. Bagi orang Yahudi, Tuhan Yesus adalah manusia biasa. Dengan mengaku sebagai yang diutus oleh Bapa, Yesus dituduh telah menghujat Allah. Orang-orang Yahudi yang demikian berpengetahuan teologi luar biasa. Bukannya percaya, mereka saling berbantah dan senang melakukan analisis terhadap kata-kata Tuhan Yesus (ay. 52).

Ketiga, ada orang-orang yang meminta tanda (ay. 30-31). Tidak seperti orang Yahudi yang secara terang-terangan menolak. Kelompok ini adalah orang-orang yang ragu-ragu. Mereka tidak percaya tanpa tanda lahiriah. Lebih buruk dari itu, Yesus mengatakan bahwa setelah bertemu dengan diri-Nya sekalipun, mereka tetap tidak percaya (ay. 36-37). Keempat, adalah kelompok orang yang ‘percaya’ kepada sang Roti Hidup dan menerima-Nya (ay. 29. 39, 47, 58). Kata ‘percaya’ saya tuliskan di dalam tanda baca, karena Tuhan Yesus mengisyaratkan bahwa kepercayaan manusia bukanlah usahanya sendiri, namun karena kehendak Bapa yang penuh kasih karunia. Ingatlah: Bapa memberikan roti (ay. 32); Bapa yang memimpin orang datang kepada Yesus (ay. 37); Tuhan Yesus berjanji untuk tidak membuang orang-orang ini (ay. 37); Bapa yang menarik orang untuk percaya kepada Yesus (ay. 44). Di dalam semua proses, ini tugas manusia adalah semata-mata percaya (ay.29). Bagaimana dengan kita?

No comments:

Post a Comment