Di antara
kebutuhan pokok, makanan adalah kebutuhan paling mendasar. Sesuai dengan
kebiasaan makan di Palestina, makanan pokok dilambangkan dengan roti. Mujizat
yang dilakukan Tuhan Yesus ketika memberi makan lima ribu orang melibatkan roti
dan ikan (Yoh 6.1-15). Pada pasal yang sama, Yesus memperkenalkan diri-Nya
sebagai ROTI HIDUP (Yoh 6.25-59).
Beberapa karakteristik Roti Hidup adalah: (1) Roti biasa dibuat manusia dan dapat dibeli di supermarket – Roti Hidup datang dari surga dan diutus oleh Allah Bapa (ay. 32-33, 51, 61); (2) Berbeda dengan roti yang biasanya kita makan, roti hidup bersifat kekal, memuaskan dan menghidupkan (ay. 32-33, 35, 51, 58); (3) Roti biasa mengenyangkan perut, Roti Hidup menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib (ay. 51-58).
Beberapa karakteristik Roti Hidup adalah: (1) Roti biasa dibuat manusia dan dapat dibeli di supermarket – Roti Hidup datang dari surga dan diutus oleh Allah Bapa (ay. 32-33, 51, 61); (2) Berbeda dengan roti yang biasanya kita makan, roti hidup bersifat kekal, memuaskan dan menghidupkan (ay. 32-33, 35, 51, 58); (3) Roti biasa mengenyangkan perut, Roti Hidup menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib (ay. 51-58).
Yang menarik
dari pengajaran Tuhan Yesus mengenai Roti Hidup adalah respon manusia yang
berbeda-beda. Pertama, manusia pada
umumnya berburu roti yang mengenyangkan perut – bukan ‘roti’ yang menyelamatkan
hidup (ay. 26-27). Manusia yang mengaku Kristen sekalipun sering melalui sebuah
kehidupan yang berorientasi pada benda dan kekayaan materi semata. Kedua, ada juga orang-orang yang secara
sadar menolak klaim Tuhan Yesus sebagai roti hidup. Sikap ini diwakili oleh
orang-orang Yahudi (ay. 41-42). Secara jelas, mereka menolak bahwa Yesus adalah
Anak Allah. Bagi orang Yahudi, Tuhan Yesus adalah manusia biasa. Dengan mengaku
sebagai yang diutus oleh Bapa, Yesus dituduh telah menghujat Allah. Orang-orang
Yahudi yang demikian berpengetahuan teologi luar biasa. Bukannya percaya,
mereka saling berbantah dan senang melakukan analisis terhadap kata-kata Tuhan
Yesus (ay. 52).
Ketiga, ada orang-orang yang meminta
tanda (ay. 30-31). Tidak seperti orang Yahudi yang secara terang-terangan
menolak. Kelompok ini adalah orang-orang yang ragu-ragu. Mereka tidak percaya
tanpa tanda lahiriah. Lebih buruk dari itu, Yesus mengatakan bahwa setelah
bertemu dengan diri-Nya sekalipun, mereka tetap tidak percaya (ay. 36-37). Keempat, adalah kelompok orang yang
‘percaya’ kepada sang Roti Hidup dan menerima-Nya (ay. 29. 39, 47, 58). Kata
‘percaya’ saya tuliskan di dalam tanda baca, karena Tuhan Yesus mengisyaratkan
bahwa kepercayaan manusia bukanlah usahanya sendiri, namun karena kehendak Bapa
yang penuh kasih karunia. Ingatlah: Bapa memberikan roti (ay. 32); Bapa yang
memimpin orang datang kepada Yesus (ay. 37); Tuhan Yesus berjanji untuk tidak
membuang orang-orang ini (ay. 37); Bapa yang menarik orang untuk percaya kepada
Yesus (ay. 44). Di dalam semua proses, ini tugas manusia adalah semata-mata
percaya (ay.29). Bagaimana dengan kita?
No comments:
Post a Comment