Salah satu
pekerjaan Tuhan Yesus selama hidup-Nya yang direkam oleh ke-empat Injil adalah
menyucikan Bait Allah. Injil Matius, Markus dan Lukas menampilkan peristiwa itu
dalam kunjungan Tuhan Yesus yang terakhir ke Yerusalem menjelang
kematian-Nya. Peristiwa penyucian Bait
Allah menjadi agenda penting bagi Tuhan Yesus untuk secara teologis
mengingatkan kembali peran gereja sebagai satu-satunya institusi yang pernah
didirikan-Nya.
Pertama, gereja adalah rumah doa. Secara
literal, rumah doa berarti tempat dimana doa-doa dinaikkan. Di dalam
kepercayaan yang lain, kuil-kuil juga identik dengan tempat untuk berdoa. Hasil
yang diharapkan dari sebuah doa adalah jawaban Tuhan. Jawaban tersebut dapat
berupa pengampunan, pembebasan hukuman, pemulihan hubungan, mujizat, kesembuhan
dan berkat lainnya. Jika demikian gereja seharusnya menjadi tempat dimana segala
peristiwa yang baik itu (pengampunan, pemulihan hubungan, mujizat, berkat,
kesembuhan) memancar bagi umat-Nya dan bagi sekelilingnya sebagai akibat dari
kehidupan doa yang berkenan kepada Tuhan.
Kedua, ‘rumah doa’ juga memiliki
pengertian yang lebih luas. Di Bait Allah itulah Yahweh bersemayam. Kehadiran
Tuhan nyata di dalam Bait-Nya. Bagaimana dengan gereja? Apakah umat percaya masih
merasakan hadirat Tuhan di dalam ibadah-ibadah gerejawi? Jika hasil dari sebuah
doa adalah berkat-berkat rohani dan jasmani yang menyembuhkan dan memulihkan,
maka kehadiran Tuhan menghasilkan karakter bersih: kerendahan hati, kesucian,
kesetiaan, kasih dan nilai-nilai ilahi lainnya. Mengabaikan nilai-nilai
tersebut sama dengan mengabaikan fakta bahwa Tuhan hadir di gereja-Nya.
Ingatlah, jika dunia membenci orang Kristen, kemungkinannya ada dua: (1) hidup
orang Kristen sedemikian sucinya; atau (2) hidup orang Kristen sedemikian
bobroknya.
Ketiga, gereja adalah tempat dimana
firman Tuhan diajarkan (ay. 47-48). Tuhan Yesus memilih Bait Allah untuk
mendisiplinkan diri-Nya mengajarkan firman Tuhan. Bukan saja manusia berseru
kepada Tuhan melalui doa, namun kebenaran Tuhan diberitakan melalui gereja.
Ironisnya, kaum agamawi justru ingin membinasakan Yesus sebagai akibat dari
kebenaran yang diajarkan-Nya. Orang Kristen pasti mencintai Tuhan Yesus, tetapi
sadarkah bahwa terkadang kita berusaha untuk ‘membinasakan-Nya’ dengan cara
menolak hidup sesuai dengan firman Tuhan? Orang Kristen seharusnya seperti
lilin-lilin kecil yang menampilkan kebenaran Tuhan di tengah masyarakat.
Firman Tuhan
mencatat tiga kesalahan utama yang memandulkan kehidupan bergereja: (1)
memelihara dan menghidupkan sarang penyamun. Singkatnya memelihara kejahatan di
dalam gereja, umumnya berkaitan dengan keserakahan dan mencari keuntungan
pribadi; (2) memadamkan dan membinasakan pengajaran firman Tuhan. Intinya menolak
untuk mendengarkan, memperhatikan dan mentaati firman Tuhan yang diberitakan di
gereja; (3) Fokus kepada bangunan dan fasilitas fisik, angka-angka dan ritual
ibadah, namun melupakan peran gereja yang sesungguhnya (Lukas 21.5-6).
Kenyataan ini mengundang kemarahan Tuhan yang maha dahsyat.
No comments:
Post a Comment