Tuesday 3 July 2012

GEREJA YANG BERDAMPAK (LUKAS 19.45-48; 21.5-6)

Salah satu pekerjaan Tuhan Yesus selama hidup-Nya yang direkam oleh ke-empat Injil adalah menyucikan Bait Allah. Injil Matius, Markus dan Lukas menampilkan peristiwa itu dalam kunjungan Tuhan Yesus yang terakhir ke Yerusalem menjelang kematian-Nya.  Peristiwa penyucian Bait Allah menjadi agenda penting bagi Tuhan Yesus untuk secara teologis mengingatkan kembali peran gereja sebagai satu-satunya institusi yang pernah didirikan-Nya.

Pertama, gereja adalah rumah doa. Secara literal, rumah doa berarti tempat dimana doa-doa dinaikkan. Di dalam kepercayaan yang lain, kuil-kuil juga identik dengan tempat untuk berdoa. Hasil yang diharapkan dari sebuah doa adalah jawaban Tuhan. Jawaban tersebut dapat berupa pengampunan, pembebasan hukuman, pemulihan hubungan, mujizat, kesembuhan dan berkat lainnya. Jika demikian gereja seharusnya menjadi tempat dimana segala peristiwa yang baik itu (pengampunan, pemulihan hubungan, mujizat, berkat, kesembuhan) memancar bagi umat-Nya dan bagi sekelilingnya sebagai akibat dari kehidupan doa yang berkenan kepada Tuhan.

Kedua, ‘rumah doa’ juga memiliki pengertian yang lebih luas. Di Bait Allah itulah Yahweh bersemayam. Kehadiran Tuhan nyata di dalam Bait-Nya. Bagaimana dengan gereja? Apakah umat percaya masih merasakan hadirat Tuhan di dalam ibadah-ibadah gerejawi? Jika hasil dari sebuah doa adalah berkat-berkat rohani dan jasmani yang menyembuhkan dan memulihkan, maka kehadiran Tuhan menghasilkan karakter bersih: kerendahan hati, kesucian, kesetiaan, kasih dan nilai-nilai ilahi lainnya. Mengabaikan nilai-nilai tersebut sama dengan mengabaikan fakta bahwa Tuhan hadir di gereja-Nya. Ingatlah, jika dunia membenci orang Kristen, kemungkinannya ada dua: (1) hidup orang Kristen sedemikian sucinya; atau (2) hidup orang Kristen sedemikian bobroknya.

Ketiga, gereja adalah tempat dimana firman Tuhan diajarkan (ay. 47-48). Tuhan Yesus memilih Bait Allah untuk mendisiplinkan diri-Nya mengajarkan firman Tuhan. Bukan saja manusia berseru kepada Tuhan melalui doa, namun kebenaran Tuhan diberitakan melalui gereja. Ironisnya, kaum agamawi justru ingin membinasakan Yesus sebagai akibat dari kebenaran yang diajarkan-Nya. Orang Kristen pasti mencintai Tuhan Yesus, tetapi sadarkah bahwa terkadang kita berusaha untuk ‘membinasakan-Nya’ dengan cara menolak hidup sesuai dengan firman Tuhan? Orang Kristen seharusnya seperti lilin-lilin kecil yang menampilkan kebenaran Tuhan di tengah masyarakat.

Firman Tuhan mencatat tiga kesalahan utama yang memandulkan kehidupan bergereja: (1) memelihara dan menghidupkan sarang penyamun. Singkatnya memelihara kejahatan di dalam gereja, umumnya berkaitan dengan keserakahan dan mencari keuntungan pribadi; (2) memadamkan dan membinasakan pengajaran firman Tuhan. Intinya menolak untuk mendengarkan, memperhatikan dan mentaati firman Tuhan yang diberitakan di gereja; (3) Fokus kepada bangunan dan fasilitas fisik, angka-angka dan ritual ibadah, namun melupakan peran gereja yang sesungguhnya (Lukas 21.5-6). Kenyataan ini mengundang kemarahan Tuhan yang maha dahsyat.

No comments:

Post a Comment