Thursday, 19 January 2012

DARI JAUH MENJADI DEKAT – DARI NAJIS MENJADI TAHIR (LUKAS 17.11-19)

Perbatasan adalah tempat dimana biasanya terjadi pembauran antara dua kelompok manusia dengan identitas dan asal usul yang berbeda. Pada suatu hari Tuhan Yesus bertemu dengan sekelompok (sepuluh) orang sakit kusta. Kalayak ramai mengenal mereka sebagai orang najis – tidak peduli dari mana asalnya: Galilea atau Samaria. Yang nampak di tubuh mereka bukanlah identitas etnik, melainkan  luka-luka dan cacat karena kusta. Orang-orang ini datang kepada Tuhan Yesus meminta tolong (kesembuhan; ay. 12-13). Dan Tuhan menyembuhkannya.

Ketika mereka sembuh, seorang kembali kepada Tuhan Yesus, tersungkur di kaki-Nya, memuliakan Tuhan dan bersyukur. Orang ini adalah orang Samaria (orang asing; ay. 16-18). Penulis Injil Lukas berasumsi bahwa sembilan orang lainnya adalah orang Galilea yang adalah bagian dari Israel yang sejati. Mengapa orang-orang yang seharusnya lebih beragama dan lebih mengenal Tuhan justru lupa di dalam mengucap syukur dan memuliakan Tuhan? Mengapa orang asing dan kafir yang justru kembali untuk menyembah, bersyukur dan memuliakan Tuhan? Sindiran semacam ini bukan untuk orang lain, tetapi juga untuk kita yang kental dengan atribut Kristen dan kegiatan gereja. Masihkah relasi yang khusus dengan Tuhan terawat dengan baik? Masihkan ucapan syukur dan penyembahan kita naikan ke hadapan Tuhan dengan kejujuran dan ketulusan?

Kisah ini juga menunjukkan bahwa Injil keselamatan tersedia bagi semua orang, bukan hanya untuk orang-orang Yahudi saja, atau orang-orang berkebangsaan dan bersatus sosial tertentu saja. Injil keselamatan tersedia bahkan bagi orang sakit kusta (najis) yang berasal dari bangsa asing (kafir) yang juga najis. Karenanya kita dipanggil untuk mengasihi orang-orang, bahkan yang menurut pandangan mata kita dianggap sebagai ‘najis’ dan tidak layak untuk dikasihi. Tuhan Yesus membuat yang najis dan tersingkirkan menjadi tahir dan diterima oleh publik (band. ay. 12 dan ay. 16; dari jauh menjadi dekat). Jika kita tidak memulai membuka diri untuk menerima orang-orang ‘najis’ seperti penderita kusta di jaman Tuhan Yesus, maka dunia juga tidak akan pernah terbuka untuk mereka. Maukah kita memulainya? 

No comments:

Post a Comment