Friday, 2 December 2011

BAHAYA MENJADI KAYA (LUKAS 16.19-31)

Di dalam ilmu sosial dan ekonomi, kebutuhan pokok manusia adalah pangan, sandang dan papan. Menurut Injil Lukas 16.19-31, ada seorang kaya yang selalu bersukaria hidup di dalam kemewahan. Kebutuhan pangannya pasti lebih dari cukup. Orang kaya ini juga mengenakan jubah warna ungu dan kain halus yang menghangatkan dirinya. Pakaian yang dikenakannya adalah pakaian yang mahal dan menunjukkan status sosialnya di tengah masyarakat. Rumah orang kaya ini juga bukan main besarnya bahkan berpagar. (16.19-20).

Pada saat yang sama, hiduplah juga seorang miskin yang bernama Lazarus. Ia tidak makan dengan layak. Hanya makanan sisa yang terjatuh sajalah yang menjadi santapannya. Untuk itupun ia harus berebut dengan anjing. Ia juga hampir tidak berpakaian: dengan mata telanjang borok-boroknya terlihat dengan jelas. Selain itu, Lazarus tidak beristirahat dan berbaring di bawah atap. Ia tidak memiliki rumah. Hidupnya sekedar bersandar di  pagar rumah orang kaya tadi (16.20-21).

Suatu hari matilah keduanya. Orang kaya ini dikuburkan dengan suatu upacara sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, sedangkan Lazarus tidak jelas nasibnya di hadapan manusia. Tidak ada acara penguburan bagi Lazarus. Di alam kekekalan, nasib keduanya berbeda. Orang kaya tadi sengsara di alam maut, sedangkan Lazarus menikmati kebahagiaan di pangkuan Abraham (16.22-24). Perubahan nasib ini, menurut Abraham disebabkan semata-mata karena alasan keadilan dan pemerataan (16.25). Di dalam kisah ini, Lazarus bukanlah seorang yang suci dan tidak berdosa – ia adalah seorang yang miskin. Di dalam kisah ini juga, si orang kaya bukanlah orang kaya yang jahat dan melakukan banyak dosa – ia adalah seorang kaya, itu saja.

Apakah salah menjadi orang kaya? Apakah menjadi orang miskin selalu benar? Orang kaya ini masuk ke dalam alam maut bukan karena apa yang dilakukannya (berbohong, membunuh, berzinah dlsb.). Ia masuk ke alam maut karena apa yang tidak dilakukannya, yaitu menolong Lazarus yang miskin itu, yang sehari-hari ditemuinya (Yak 4.17).

Kisah ini mengajarkan tiga bahaya bagi orang kaya (1) Bahaya mencintai kekayaan lebih dari sesama; (2) Bahaya menjadi tidak peka dan tidak peduli kepada orang lain; (3) Bahaya menjadi tidak peka dan tidak peduli kepada Tuhan.

No comments:

Post a Comment