Manusia sehat
mampu membedakan rasa berbagai jenis buah-buahan. Paulus di dalam Galatia
5.16-26 menggambarkan kehidupan manusia layaknya suatu peperangan antara
keinginan daging melawan keinginan Roh (ay. 16-17). Cita rasa di antara
keduanya sangat berbeda. Hidup yang dipimpin oleh Roh menghasilkan buah Roh
(ay. 22-23). Hidup yang dipimpin oleh keinginan daging menghasilkan buah
kedagingan (ay. 19-21). Keinginan daging itu pada dasarnya berbuah dosa-dosa
yang berhubungan dengan (1) rusaknya
hubungan dengan Tuhan: penyembahan berhala dan sihir; (2) rusaknya hubungan
dengan sesama: perseturuan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, pencideraan, roh pemecah dan kedengkian; (3) rusaknya hubungan dengan
diri sendiri: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, kemabukan dan pesta pora.
Hidup yang dipimpin Roh (hubungan yang harmonis dengan Tuhan), sebaliknya
menghasilkan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan diri sendiri: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, dan penguasaan diri.
Cita rasa dari
sebuah ‘buah’ (karpos) setidaknya
memiliki beberapa fungsi mendasar: (1) cita rasa buah menandai jenis pohon
asalnya; (2) cita rasa buah menandai bagaimana pohon asalnya dirawat; (3) cita
rasa buah adalah untuk dinikmati oleh yang mengkonsumsinya. Berdasarkan fungsi
dasar dari ‘cita rasa buah’ di atas, apa yang nampak dari kehidupan kita pertama-tama mencirikan asal usul kita.
Apakah kita ini benar-benar milik Kristus dan hidup dipimpin oleh Roh, atau sesungguhnya
kita ini adalah milik dunia dan hidup oleh hawa nafsu duniawi? Kedua, Paulus menggambarkan kehidupan
orang percaya sebagai sesuatu peperangan antara daging melawan Roh. Jadi apa
yang nampak dari kehidupan manusia juga menandai kesungguhan dan disiplin hati
manusia di dalam merawat iman kristianinya. Apa yang dicontohkan Kristus di
atas kayu salib, kiranya menjadi teladan bagi umat percaya untuk menyalibkan
kedagingannya (ay. 24-25). Dan yang terakhir,
hendaknya renungan ini menyadarkan kita bahwa gambaran Perjanjian Baru mengenai
kehidupan Kristen adalah seperti buah yang siap dan dapat dinikmati, baik itu
oleh Tuhan, sesama, dan pula diri sendiri. Jangan kiranya hidup kita menjadi
buah pahit yang tidak disukai – atau buah busuk yang dinjak-injak dan berakhir
di tempat sampah.
No comments:
Post a Comment