Thursday, 5 April 2012

A MESSAGE FOR EASTER 2012: GODLY CHARACTERS AND A COURAGE TO CHANGE

Hari ini kita dapat menyaksikan iklan-iklan Holy Land Tour. Kita dibawa ke Yerusalem dan sekitarnya di bawah bimbingan seorang Hamba Tuhan. Para peserta yang mengikuti perjalanan ini sangat bersemangat untuk menyaksikan dari dekat daerah-daerah mana saja yang berhubungan dengan sejarah Alkitab, dan khususnya pernah dilalui oleh Tuhan Yesus.  Bagi Yesus sendiri, perjalanan ke Yerusalem bukanlah sesuatu yang mudah. Perjalanan ke Yerusalem adalah perjalanan menuju kematian. Yesus tahu sejak mulanya, namun Ia tekun dan setia menjalaninya (Dari Lukas 9.51 hingga Lukas 19.28). Bahkan ketika mantan pemuja-Nya meninggalkan dan mengolok-ngolok-Nya, Ia tetap mendaki salib dengan ketetapan hati yang kuat. Dunia dimana kita hidup sekarang ini – termasuk gereja di dalamnya – dipenuhi oleh semangat hedonisme, yang selalu mencari kesenangan dan menghindari penderitaan. Semangat semacam ini, bahkan sering dianggap sebagai kebenaran. Penderitaan sering dianggap sebagai kutuk. Kesetiaan, ketekunan, keberanian serta pilihan untuk menderita adalah sesuatu yang langka dan bodoh. Perhatikan nasihat Tuhan Yesus di dalam Lukas 21.34-36: Tuhan tidak menjanjikan kita bebas dari kesulitan, namun menasihatkan kita untuk meninggalkan kepentingan-kepentingan duniawi dan berdoa memohon kekuatan untuk menanggung segala macam penderitaan yang akan menimpa.

Hari ini juga dunia kita dipenuhi oleh sikap manusia yang saling membalas. Pertikaian di Syria tiada hentinya hingga hari ini. Konflik mengenai keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak di Indonesia adalah pertikaian klasik antar partai politik. Di gerejapun tidak ada yang berbeda. Jika kita merasa disakiti, kita berbalik menyakiti. Jika kita merasa dirugikan, kita akan membalas. Jika kita tersinggung, kita meninggalkan gereja. Kata-kata Tuhan Yesus, ‘Kasihilah musuhmu’ (Matius 5.44) dan juga pesan Paulus di dalam Roma 12.20 nampaknya tidak lagi memiliki otoritas bagi kehidupan orang Kristen. Di dalam seluruh proses pengadilan hingga kematian-Nya, Tuhan Yesus tidak banyak berbicara – dan sama sekali Ia tidak membalas (1 Petrus 2.23). Di dalam hal mengasihi orang lain, Tuhan Yesus tidak menunggu, namun Ia berinisiatif dan aktif. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menjadi pioneer di dalam mengasihi orang lain dengan tanpa syarat.

Di taman Getsemani (Lukas 22.39-46), Tuhan Yesus menunjukkan kualitas ketaatan melalui penundukan diri kepada kehendak Bapa di Surga. Di jaman dimana demokrasi dan hak-hak asazi  manusia dijunjung tinggi, penundukan diri bukanlah kualitas hidup yang mudah ditemui. Anak-anak dapat melawan orangtuanya dengan dalih hak asazi manusia. Rakyat memberontak kepada pemerintah atas dasar semangat demokrasi. Semua yang salah bisa dibenarkan karena alasan demokrasi dan hak asazi manusia. Bagaimana dengan kehidupan di gereja dan di kalangan orang percaya? Nampaknya tidaklah jauh berbeda. Betapa banyak orang Kristen berusaha membenarkan tindakan dan pemikirannya sendiri dibanding menundukkan diri kepada pemimpin dan peraturan yang berlaku?

Paskah adalah sebuah perubahan: dari gelap menjadi terang; dari lama menjadi baru; dari mati menjadi hidup; dari kebinasaan menjadi hidup yang penuh dengan pengharapan. Perubahan semacam ini tidak terjadi dengan tiba-tiba. Perubahan semacam ini, telah dilihat dan direncanakan oleh Tuhan ribuan tahun sebelumnya ketika Tuhan bernubuat kepada Hawa (Kejadian 3). Sebuah perubahan selalu menuntut harga. Semakin besar dan berarti perubahan yang diharapkan semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Untuk membebaskan dunia ini dari dosa dan kebinasaan, Tuhan Yesus harus menderita dan dibinasakan. Dibalik paskah adalah keberanian dan determinasi untuk membawa perubahan bagi dunia yang tadinya berputar-putar menuju kebinasaan menuju dunia yang berpengharapan. Tuhan tahu betapa mahal harga yang harus dibayar untuk memberikan pengharapan kepada dunia yang gelap ini. Tuhan berkuasa untuk mengubah ketetapan dan keputusan-Nya, namun Ia memilih untuk bersikap berani menghadapi segala kesusahan dan kesulitan demi keselamatan manusia yang dikasihi-Nya.

No comments:

Post a Comment