‘Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati’ (Roma 12.1).
Kadang-kadang saya tidak mengerti mengapa Paulus memakai gambaran Perjanjian Lama tentang ‘korban’ untuk melukiskan hidup orang Kristen (Roma 12.1). Apakah orang Kristen dipanggil untuk hidup sengsara dan menderita seperti korban sembelihan yang akhirnya mati di atas altar? Bisa jadi benar, karena Yesus, junjungan dan Tuhan kitapun ‘bernasib’ demikian. Namun demikian ada beberapa hal istimewa yang kita perlu perhatikan di balik satu ayat pendek yang penuh makna ini.
Pertama, di dalam Perjanjian Lama, ada korban (biasanya lembu, domba atau burung) dan ada pihak yang mengorbankan (biasanya imam). Ada Ishak yang seharusnya dikorbankan, ada Abraham yang seharusnya mengorbankan. Roma 12.1 mengajarkan sesuatu yang berbeda: orang Kristen dipanggil untuk pada saat yang sama menjadi Abraham dan Ishak. Dengan kata lain, orang Kristen dipanggil untuk mengorbankan dirinya sendiri,..... Wow!!! Betapa lebih beratnya dari Hukum Perjanjian Lama? Menjadi korban karena disembelih orang lain masih lebih mudah, daripada memiliki komitmen untuk mengorbankan diri sendiri. Singkat cerita, hidup Kristen adalah hidup yang secara sadar dipenuhi dengan komitmen dan kerelaan untuk berkorban dan mengorbankan diri. Hidup Kristen sangat berbeda dengan pencarian keuntungan dan keselamatan pribadi.
Kedua, mengapa orang Kristen dimampukan untuk memiliki pola hidup yang demikian? Jawabnya, kata Paulus, ‘Demi kemurahan Allah.’ Karena kemurahan Allah itu sedemikian besarnya, tidak terucap dengan kata dan tidak terlukis dengan nada – bahkan tidak terbayarkan oleh kekuatan dan kemampuan kita. Derita dan aniaya yang mungkin kita alami tidaklah setimpal dengan yang ditanggung-Nya di kayu salib. Korban yang kita naikan kepada Tuhan hanyalah secuil ucapan syukur atas kemurahan-Nya yang ajaib, yang disediakannya bagi kita yang percaya kepada-Nya. Kedewasaan hidup Kristen kurang lebih dapat diukur dengan komitmen serta kerelaan untuk mengorbankan hidup sendiri bagi kemuliaan Tuhan. ‘Dia harus makin bertambah, ku harus makin berkurang’ (Yohanes 3.30).
No comments:
Post a Comment