Saturday, 22 September 2012

HEALTHY COMMUNICATION - 1




Lidah adalah bagian tubuh manusia yang luar biasa. Lidah yang sama dapat memuliakan Tuhan dan mengutuki manusia (ay. 9). Lidah mengucapkan berkat dan pada saat yang sama mengeluarkan kutuk (ay. 10). Lidah itu seperti api yang kecil yang dapat membakar hutan raya yang luas (ay. 5). Lidah adalah sesuatu yang buas, penuh racun dan mematikan (ay. 8). Semua jenis binatang dapat dijinakkan, tetapi lidah amat sangat sulit dikendalikan (ay. 7). Lidah yang kecil ini ternyata memiliki kemampuan untuk menodai seluruh anggota tubuh (ay. 6). Kata-kata yang sedemikian mengerikannya tersebut di atas, dituliskan oleh Rasul Yakobus di dalam surat-Nya (3.1-12).

Pada retreat HFAN Surrey yang lalu, kita membahas mengenai betapa bahayanya lidah di dalam kehidupan berkeluarga dan bergereja (Roh Leviatan). Segenap peserta retreat juga sepakat bahwa salah satu masalah terbesar (broken wall) di dalam pelayanan jemaat Surrey adalah komunikasi yang kurang baik (poor communication). Di bawah ini beberapa tips praktis untuk meningkatkan komunikasi di dalam konteks keluarga dan jemaat.

Pertama, janganlah menjadi seorang yang reaktif secara emosional. Ketika manusia terbakar emosinya, yang pertama berdosa adalah lidahnya. Surat Yudas yang kita pelajari minggu lalu mengajarkan bahwa perbedaan utama antara manusia dan binatang adalah di dalam memberikan respon terhadap gangguan. Binatang dan manusia sama-sama berpikir. Bedanya: naluri binatang berpikir satu kali dan langsung menjatuhkan penghakiman (balasan); manusia seharusnya berpikir setidaknya dua kali sebelum menjatuhkan penghakiman. Namun sayangnya, manusia sering terlena di dalam naluri kebinatangannya – dan tidak jarang menghakimi tanpa bukti yang jelas (Yudas 1.10).

Kedua, meskipun kemarahan bukanlah sesuatu yang ditabukan oleh Alkitab, namun di dalam hampir semua percakapan, sesungguhnya manusia memiliki kesempatan untuk menunjukkan sikap yang sabar dan lemah lembut di dalam menyampaikan pesannya. Amsal 15.1 mengatakan bahwa jawaban lemah lembut meredakan kegeraman, sedang kata-kata pedas membangkitkan amarah. Pesan yang kita sampaikan adalah penting, namun sikap kita di dalam menyampaikan pesan tersebut jauh lebih menentukan hasilnya.

No comments:

Post a Comment