Lidah adalah
bagian tubuh manusia yang luar biasa. Lidah yang sama dapat memuliakan Tuhan
dan mengutuki manusia (ay. 9). Lidah mengucapkan berkat dan pada saat yang sama
mengeluarkan kutuk (ay. 10). Lidah itu seperti api yang kecil yang dapat
membakar hutan raya yang luas (ay. 5). Lidah adalah sesuatu yang buas, penuh
racun dan mematikan (ay. 8). Semua jenis binatang dapat dijinakkan, tetapi
lidah amat sangat sulit dikendalikan (ay. 7). Lidah yang kecil ini ternyata
memiliki kemampuan untuk menodai seluruh anggota tubuh (ay. 6). Kata-kata yang
sedemikian mengerikannya tersebut di atas, dituliskan oleh Rasul Yakobus di
dalam surat-Nya (3.1-12).
Pada retreat
HFAN Surrey yang lalu, kita membahas mengenai betapa bahayanya lidah di dalam
kehidupan berkeluarga dan bergereja (Roh Leviatan). Segenap peserta retreat
juga sepakat bahwa salah satu masalah terbesar (broken wall) di dalam pelayanan
jemaat Surrey adalah komunikasi yang kurang baik (poor communication). Di bawah
ini beberapa tips praktis untuk meningkatkan komunikasi di dalam konteks
keluarga dan jemaat.
Pertama, janganlah menjadi seorang yang
reaktif secara emosional. Ketika manusia terbakar emosinya, yang pertama
berdosa adalah lidahnya. Surat Yudas yang kita pelajari minggu lalu mengajarkan
bahwa perbedaan utama antara manusia dan binatang adalah di dalam memberikan
respon terhadap gangguan. Binatang dan manusia sama-sama berpikir. Bedanya:
naluri binatang berpikir satu kali dan langsung menjatuhkan penghakiman
(balasan); manusia seharusnya berpikir setidaknya dua kali sebelum menjatuhkan
penghakiman. Namun sayangnya, manusia sering terlena di dalam naluri
kebinatangannya – dan tidak jarang menghakimi tanpa bukti yang jelas (Yudas
1.10).
Kedua, meskipun kemarahan bukanlah
sesuatu yang ditabukan oleh Alkitab, namun di dalam hampir semua percakapan,
sesungguhnya manusia memiliki kesempatan untuk menunjukkan sikap yang sabar dan
lemah lembut di dalam menyampaikan pesannya. Amsal 15.1 mengatakan bahwa
jawaban lemah lembut meredakan kegeraman, sedang kata-kata pedas membangkitkan
amarah. Pesan yang kita sampaikan adalah penting, namun sikap kita di dalam
menyampaikan pesan tersebut jauh lebih menentukan hasilnya.
No comments:
Post a Comment