Tuesday, 20 November 2012

MORE BLESSED TO GIVE THAN TO RECEIVE (ACTS 20.35)



Kata-kata di atas diucapkan oleh Paulus sebagai nasihat perpisahan kepada para penatua jemaat di Efesus (20.17-38). Biasanya pembaca kisah ini menafsirkan ‘memberi dan menerima’ di dalam konteks benda-benda materi (uang, makanan, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya). Penafsiran yang demikian tidaklah salah, namun apa yang diberikan oleh Paulus di dalam pelayanannya selama tiga tahun di Asia Minor (termasuk Efesus) jauh lebih besar dibandingkan sekedar pengorbanan materi saja.

Pertama-tama secara hurufiah, Paulus memberikan hidupnya sendiri. Gara-gara pelayanan ini ia hampir mati di tangan orang-orang Yahudi yang tidak menyukainya (ay. 19, 22-24). Prinsip pelayanan Paulus adalah berjuang sampai titik darah yang terakhir. Panggilan Tuhan – bukan kenyamanan hidup – adalah tujuan Paulus di dalam seluruh hidupnya.

Kedua, Paulus memberikan pengajaran-pengajaran firman Tuhan yang memanggil pendengarnya untuk bertobat, percaya kepada Kristus dan hidup di dalam kehendak-Nya (ay. 20-21, 26-27, 31). Pelayanan Paulus tidak mengenal lelah dan memanfaatkan setiap waktu untuk memberitakan Injil dan mengajar firman Tuhan. Ia bahkan merasa yakin bahwa ia telah melakukan yang terbaik di dalam menyaksikan Injil keselamatan, bahkan kepada mereka yang menolaknya (ay. 26). Pemberitaan Injil dan kebenaran firman Tuhan bukan kegiatan sampingan, melainkan inti pelayanan Paulus.

Ketiga, Paulus juga mengorbankan emosinya. Dua kali, ia menyatakan bahwa di dalam pelayanannya, ia mencucurkan air mata (ay. 19, 32). Bukan rahasia lagi bahwa pelayanan Kristen sungguh menguras emosi lebih hebat dari sekedar menguras tenaga dan uang. Luka hati di dalam sebuah pelayanan karenanya bukanlah sesuatu yang baru dan perlu dikagetkan, karena Pauluspun telah mengalaminya. Air mata adalah saksi diam dari sebuah pengorbanan emosi.

Keempat dan terakhir, Paulus juga mengorbankan materi di dalam pelayanannya (ay. 33-35). Ia tidak membebani jemaat. Paulus bekerja keras untuk membiayai pelayanannya sendiri dan pelayanan kolega-koleganya. Bagi Paulus, membantu mereka yang lemah secara materi dan finansial adalah prinsip hidup yang tidak dapat ditawar-tawar (cf. 2 Kor 8. 13-14). Jika kita tidak atau belum rela untuk memberi dan berkorban secara material, maka akan sulit bagi kita untuk memberi dan berkorban di bidang-bidang yang lainnya. Ketika perampok bertanya: harta atau uang? Kita langsung berikan semua yang diminta perampok demi keselamatan kita. Ketika ditantang memberitakan Injil ke pedalaman atau memberikan persembahan misi di gereja saja, mayoritas umat percaya memilih memberikan uangnya ketimbang terjun di lapangan. Dan jika diminta untuk memilih luka hati atau berkorban materi, orang biasanya lebih senang berkorban secara materi. Karenanya kemurahan di dalam memberi dan berkorban adalah dasar yang menentukan bagaimana Tuhan akan memakai kita bagi kerajaan-Nya.

No comments:

Post a Comment