Friday, 9 November 2012

GENEROSITY 1: HE WAS RICH, YET FOR YOUR SAKE HE BECAME POOR (2 CORINTHIANS 8-9)




Tidak banyak orang mengenal jemaat Makedonia. Alkitab tidak mencatat bahwa Petrus atau Paulus pernah menuliskan surat kepada jemaat Makedonia. Korintus, sebaliknya adalah wilayah yang sangat terkenal. Korintus adalah pusat lalu lintas perdagangan Asia-Eropa. Kota ini sangat kaya, semarak dan metropolis. Orang dari berbagai kepercayaan dan suku bangsa hidup di Korintus. Ahli-ahli filsafat Yunani mencari uang juga di Korintus. Singkatnya Korintus adalah salah satu kota teramai pada waktu itu. Jemaat Makedonia adalah jemaat yang miskin dan berkekurangan, namun mereka terkenal karena kemurahannya (2 Kor 8.2). 2 Korintus 8-9 dituliskan untuk menegur jemaat Korintus yang kaya akan segalanya (1 Kor 1. 4-9; 2 Kor 8.7) untuk belajar memberi seperti yang diteladankan oleh jemaat Makedonia yang berkekurangan (2 Kor 8.2).

Pertama, memberi yang benar adalah disertai dengan sukacita (ay. 2). Orang miskin bisa memberi dengan benar. Orang sakit dapat menjadi murah hati. Orang yang menderita dapat memberi dengan limpah. Kemiskinan, penyakit dan penderitaan bukan penghalang untuk memberi dengan sukacita. Yang menjadi penghalang adalah sikap yang mementingkan diri sendiri dan tidak peduli kepada yang lainnya. Orang pelit juga dapat memberi banyak – namun tanpa disertai dengan sukacita, sebaliknya dengan menggerutu dan disertai perasaan terpaksa. Ketika kita memberi, yakinkan bahwa ada sukacita meluap di dalamnya karena kasih Tuhan sudah terlalu besar bagi kita (ay. 1).

Kedua, murah hati adalah mengikuti teladan Tuhan Yesus. Kemurahan bukan sekedar nilai positif yang dikenal oleh agama-agama atau iman Kristen. Kemurahan adalah contoh hidup Tuhan Yesus. Bagi Tuhan Yesus kemurahan itu memiskinkan diri dan memperkaya orang lain. Jika seseorang memiliki 100 Miliar dan memberikan 100 juta diantaranya untuk pembangunan gereja, itu belum setara dengan yang diteladankan Tuhan Yesus. Ia mati supaya kita beroleh hidup. Ia menjadi miskin supaya kita kaya. Jadi memberi mengandung pengorbanan yang signifikan bagi si pemberi (ay. 8-9).

Ketiga, sebuah nazar untuk memberi harus dipenuhi (ayat 10-12). Bagian ini bukan dimaksudkan untuk membuat kita takut berjanji kepada Tuhan. Bagian ini sebaliknya mendorong kita untuk memiliki tekad di dalam memberi, tetapi juga menyelesaikan tekad tersebut hingga tuntas.

Keempat, Paulus memandang pentingnya jemaat untuk maju bersama (ay. 13-15). Beberapa orang memandang ayat-ayat ini adalah dasar dari paham sosialis. Paulus bukan seorang sosialis, tetapi baginya tubuh Kristus yang sehat (1 Kor 12-14) adalah tubuh Kristus yang bertumbuh bersama. Jangan sampai tangan terlalu panjang, tetapi telinganya tuli. Dan jangan sampai otak sedemikian cemerlang, tetapi hatinya tumpul. Disinilah dasar argumen yang penting mengapa sebagai anggota tubuh Kristus, yaitu jemaatnya, kita perlu bermurah hati.

Kelima, kerelaan memberi tidak dapat diajarkan melalui kotbah atau bible study. Kerelaan untuk memberi ditularkan melalui keteladanan. Itu sebabnya Paulus meminta jemaat Korintus untuk meneladani jemaat Makedonia. Paulus tidak sedang mengajar teologia memberi, ia hanya meminta jemaat Korintus untuk meneladani apa yang dilakukan oleh jemaat Makedonia.

No comments:

Post a Comment