Sunday, 14 October 2012

THE SPIRITUALITY OF WORSHIP (MZ 33.1; YES 29.13; LK 4.11; WHY 4.11)



Penyembahan (worship) adalah kata yang melukiskan tanggung jawab utama dan mendasar dari manusia di dalam hubungan dengan Tuhan. Meskipun penyembahan merupakan sebuah tanggung jawab tidak berarti hubungan antara manusia dan Tuhan kehilangan keintiman dan kemesraannya. Tanggung jawab di dalam menyembah Tuhan diikat oleh kasih dan kemurahan Tuhan yang tidak terbatas dan tanpa syarat. Kata ‘menyembah’ dalam konteks ini bukan suatu aktifitas sesaat, tetapi menyangkut seluruh kehidupan manusia. Karenanya, hidup orang Kristen sesungguhnya adalah hidup yang menyembah.

Perilaku manusia dapat dibagi menjadi beberapa bagian: (1) Tingkah Laku; (2) Nilai Hidup; (3) Kepercayaan/Iman; (4) Worldview/Cara Pandang. Tingkah laku adalah apa yang kita ekspresikan melalui wajah, perkataan, perbuatan dan ekspresi-ekspresi lainnya yang dapat dikenali orang lain. Nilai hidup adalah apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang baik. Kepercayaan/Iman adalah apa yang kita anggap benar. Worldview adalah realita/kenyataan. Manusia yang konsisten, memiliki kehidupan yang harmonis dari realita, iman, nilai hidup dan tingkah laku. Manusia yang tidak konsisten (kadang-kadang disebut munafik atau fasik), mengalami disharmoni di antara ke-empat unsure di atas.

Ketika kita berbicara mengenai penyembahan, biasanya otak kita langsung tertuju kepada kegiatan menyembah Tuhan di gereja ibadah. Karenanya, mari kita menggunakan penyembahan di dalam ibadah gereja sebagai contoh kasus. Menyanyi, menari, angkat tangan, tepuk tangan, memejamkan mata, berteriak Amin Haleluya adalah contoh-contoh dari perilaku. Orang lain dapat melihatnya. Yang perlu kita pertanyakan adalah (1) apakah semua tindak tanduk yang kita lakukan sesuai dengan nilai-nilai di dalam hidup kita sebagai orang Kristen? Jika jawabnya ‘Ya’ – mari kita bertanya: Bagaimana kita menerapkan nilai-nilai tersebut di luar konteks gereja? (2) Apakah nilai hidup kita berakar dari iman kita? Paulus membedakan antara baik dan benar (Rm 5.7). Banyak manusia mendewakan sesuatu (menganggap hal tersebut sebagai suatu kebaikan) yang dilarang oleh imannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah manusia yang mendewakan sesuatu yang tidak bertentangan dengan imannya, namun tidak berakar dari imannya. Kenyataan menyedihkan ini kita sebut iman yang tidak berbuah – atau buah yang baik dari halaman tetangga. (3) Bagaimana dengan realita hidup yang kita pahami? Sadarkah kita bahwa hidup kita sesungguhnya adalah hidup yang menyembah Tuhan – tidak peduli apapun yang kita percayai dan apapun yang kita pandang baik. Ketika kita menempatkan Tuhan sebagai sosok utama dan satu-satunya di dalam hidup kita, maka kita akan menjadi bukan sekedar manusia yang menyembah (to worship) Tuhan, tetapi kita adalah penyembah-penyembah Tuhan (true worshipper). Hanya dalam kenyataan inilah, penyembahan kita memiliki nilai rohani yang kekal.

Hari ini kita merayakan Canadian Thanksgiving Day. Kita diingatkan untuk mengucap syukur kepada Tuhan akan segala yang diperbuatnya, dan akan siapa Tuhan sesungguhnya. Mengucap syukur bukanlah acara setahun sekali atau seminggu sekali. Mengucap syukur tidak identik dengan persembahan atau perpuluhan atau pelayanan. Mengucap syukur adalah a lifetime act of worship. Ijinkan saya menantang kita semua untuk mengucap syukur bukan hanya di mulut dan perbuatan saja, namun membangun akarnya sampai ke aliran darah dan detak jantung kita. Sama dengan penyataan di atas, ketika pengucapan syukur kita berakar kuat pada nilai hidup, iman dan realita yang benar, maka ucapan syukur tersebut bernilai rohani dan kekal. 

Akhirnya, perilaku menyembah menunjukkan sikap rendah hati. Nilai hidup yang baik menunjukkan kekudusan hidup. Iman menunjukkan kebenaran yang kita percayai. Worldview menunjukkan dasar mengenai keberadaan kita dan segala keputusan kita – yang sesungguhnya adalah kasih karunia Tuhan semata. Penyembahan adalah respon kita terhadap kasih karunia Tuhan di dalam bentuk kerendahan hati, kekudusan hidup dan percaya teguh kepada kebenaran iman Kristen.

No comments:

Post a Comment