Agus selalu
ingin menjadi yang terdepan. Ia ingin jadi juara kelas. Ia ingin menjadi pemain
bulu tangkis yang terbaik di sekolahnya. Ia selalu mengimpikan rumah yang
besar, mobil yang mewah dan kekasih bak Putri Salju. Semangatnya untuk maju
patut dihargai, namun dibalik itu hatinya dipenuhi oleh ketidakpuasan yang
tiada henti. Manusia yang tidak pernah puas mungkin sulit mengucap syukur.
Setiap Natal, ia mengejar hadiah indah di dalam kaus kaki – namun ia lupa bahwa
Tuhan telah memberikan kaki yang seharusnya ada di dalam kaus kaki tersebut.
Pada hari
ulang tahunnya, Budi menerima hadiah mainan yang diinginkannya. Dan karena itu
ia berterima kasih kepada ayahnya yang telah memberikan hadiah tersebut. Apa
yang dilakukan oleh si Budi layaknya manusia mengucap syukur kepada Tuhan
karena sesuatu yang baik, yang dipercayainya datang dari Tuhan telah terjadi
atas dirinya.
Ketika usianya
menginjak Sembilan tahun, Tuti sering bertengkar dengan ibunya gara-gara main
sepeda. Tuti begitu senang bersepeda hingga lupa waktu untuk belajar. Ibunya
sering memberikan disiplin kepadanya. Tidak jarang Tuti menangis. Pada satu
ketika ia sadar bahwa nasihat ibunya itu benar, ia berterima kasih kepada
ibunya. Jika ia tidak peduli pada nasihat ibunya, ia pasti tidak naik kelas.
Tuti adalah gambaran manusia yang mengalami sesuatu yang tidak diharapkan.
Awalnya jengkel, namun kemudian sadar bahwa Tuhan memiliki maksud yang baik
dibalik peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan itu.
Sinta adalah
remaja dari keluarga miskin. Tidak ada yang dapat dibanggakan darinya. Pakaian
lusuh. Sepatu robek. Wajah kusam. Nilai sekolah juga biasa-biasa saja. Tidak
punya apa-apa seperti yang dimiliki oleh teman-temannya. Ayah dan ibunya juga
tidak dapat berbuat banyak: sering berhutang untuk bertahan hidup. Sinta
bukanlah pahlawan yang tidak pernah mengeluh. Namun ada satu yang berbeda di
dalam diri Sinta. Ia sangat hormat dan patuh kepada orangtuanya. Ia selalu
berterima kasih untuk kedua orangtua yang dianugerahkan oleh Tuhan. Sinta
adalah gambaran dari manusia yang mengucap syukur kepada Tuhan bukan karena apa
yang diperbuat-Nya – namun karena siapa Dia (Tuhan).
Ada yang sulit
mengucap syukur dan tidak pernah puas. Ada yang mengucap syukur setelah
menikmati berkat Tuhan. Ada yang mengucap syukur setelah dicambuk oleh Tuhan –
karena iman bahwa segala sesuatu mendatangkan kebaikan. Ada juga yang bersyukur
bukan karena tindakan yang dilakukan Tuhan, namun karena pengenalan akan siapa
itu Tuhan.
Beberapa hal
yang patut kita renungkan sebagai dasar ucapan syukur kita: (1) Tuhan
memberikan kehidupan; (2) Tuhan mati di salib menebus dosa manusia; (3) Tuhan
menang atas dosa dan maut àIa dapat diandalkan; (4) Tuhan memelihara kita hingga; (5) Tuhan memberikan
keluarga, pekerjaan, pendidikan, pelayanan dan berbagai kesempatan; (6) Tuhan
maha benar, maha baik, maha kuasa, sempurna, setia dan penuh kasih.
No comments:
Post a Comment