Friday, 20 July 2012

MENGUCAP SYUKUR

Agus selalu ingin menjadi yang terdepan. Ia ingin jadi juara kelas. Ia ingin menjadi pemain bulu tangkis yang terbaik di sekolahnya. Ia selalu mengimpikan rumah yang besar, mobil yang mewah dan kekasih bak Putri Salju. Semangatnya untuk maju patut dihargai, namun dibalik itu hatinya dipenuhi oleh ketidakpuasan yang tiada henti. Manusia yang tidak pernah puas mungkin sulit mengucap syukur. Setiap Natal, ia mengejar hadiah indah di dalam kaus kaki – namun ia lupa bahwa Tuhan telah memberikan kaki yang seharusnya ada di dalam kaus kaki tersebut.

Pada hari ulang tahunnya, Budi menerima hadiah mainan yang diinginkannya. Dan karena itu ia berterima kasih kepada ayahnya yang telah memberikan hadiah tersebut. Apa yang dilakukan oleh si Budi layaknya manusia mengucap syukur kepada Tuhan karena sesuatu yang baik, yang dipercayainya datang dari Tuhan telah terjadi atas dirinya.

Ketika usianya menginjak Sembilan tahun, Tuti sering bertengkar dengan ibunya gara-gara main sepeda. Tuti begitu senang bersepeda hingga lupa waktu untuk belajar. Ibunya sering memberikan disiplin kepadanya. Tidak jarang Tuti menangis. Pada satu ketika ia sadar bahwa nasihat ibunya itu benar, ia berterima kasih kepada ibunya. Jika ia tidak peduli pada nasihat ibunya, ia pasti tidak naik kelas. Tuti adalah gambaran manusia yang mengalami sesuatu yang tidak diharapkan. Awalnya jengkel, namun kemudian sadar bahwa Tuhan memiliki maksud yang baik dibalik peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan itu.

Sinta adalah remaja dari keluarga miskin. Tidak ada yang dapat dibanggakan darinya. Pakaian lusuh. Sepatu robek. Wajah kusam. Nilai sekolah juga biasa-biasa saja. Tidak punya apa-apa seperti yang dimiliki oleh teman-temannya. Ayah dan ibunya juga tidak dapat berbuat banyak: sering berhutang untuk bertahan hidup. Sinta bukanlah pahlawan yang tidak pernah mengeluh. Namun ada satu yang berbeda di dalam diri Sinta. Ia sangat hormat dan patuh kepada orangtuanya. Ia selalu berterima kasih untuk kedua orangtua yang dianugerahkan oleh Tuhan. Sinta adalah gambaran dari manusia yang mengucap syukur kepada Tuhan bukan karena apa yang diperbuat-Nya – namun karena siapa Dia (Tuhan).

Ada yang sulit mengucap syukur dan tidak pernah puas. Ada yang mengucap syukur setelah menikmati berkat Tuhan. Ada yang mengucap syukur setelah dicambuk oleh Tuhan – karena iman bahwa segala sesuatu mendatangkan kebaikan. Ada juga yang bersyukur bukan karena tindakan yang dilakukan Tuhan, namun karena pengenalan akan siapa itu Tuhan.

Beberapa hal yang patut kita renungkan sebagai dasar ucapan syukur kita: (1) Tuhan memberikan kehidupan; (2) Tuhan mati di salib menebus dosa manusia; (3) Tuhan menang atas dosa dan maut àIa dapat diandalkan; (4) Tuhan memelihara kita hingga; (5) Tuhan memberikan keluarga, pekerjaan, pendidikan, pelayanan dan berbagai kesempatan; (6) Tuhan maha benar, maha baik, maha kuasa, sempurna, setia dan penuh kasih.

No comments:

Post a Comment