Seorang janda adalah bagian dari kelompok masyarakat yang lemah di Palestina dua ribu tahun yang lalu. Seorang hakim sebaliknya adalah sosok yang penuh kuasa pada waktu itu. Di balik perumpamaan ini adalah kontras antara kaum lemah dan kaum berkuasa. Di dalam doa permohonan, manusia mewakili umat yang lemah, dan Tuhan mewakili sosok yang berkuasa. Beberapa pokok penting yang dapat menyegarkan kembali kehidupan doa kita adalah sebagai berikut:
Pertama, doa sesungguhnya adalah keyakinan bahwa Tuhan mampu melakukan apa yang tidak mampu kita lakukan. Sederhananya, doa menunjukkan pengakuan bahwa Tuhan itu mampu (God is able). Janda ini mengerti bahwa hanya hakim itulah – meskipun ia lalim – yang dapat membela hak-nya, dan karenanya ia tiada henti merengek menuntut keadilan kepada hakim tersebut (ay. 3-4).
Kedua, doa permohonan yang sungguh adalah tangisan dari dalam hati yang tidak dapat dibendung. Air mata tidak berhenti mengalir sampai jawaban doa diberikan. Doa permohonan bukan sekedar kata-kata indah, tetapi ekspresi kesesakan dari dalam hati (ay. 5). Seperti yang dialami oleh janda ini, perlakuan tidak adil yang diterimanya melahirkan sebuah doa permohonan yang meluap dari hati.
Ketiga, doa permohonan yang sungguh disertai ketekunan (ay. 7). Kita mungkin bertanya: ‘Bukankah Tuhan Yesus menasihatkan supaya jangan berdoa bertele-tele (band. Matius 6. 5-8)?’ Jangan salah! Nasihat untuk tidak berdoa bertele-tele diberikan sebagai perlawanan terhadap kemunafikan orang Farisi, yang berdoa panjang untuk dilihat orang rohani. Kita mungkin bertanya lagi: ‘Bukankah tidak boleh memaksakan kehendak pribadi kepada Tuhan?’ Benar! Kita tidak dipanggil untuk memaksakan kehendak pribadi kita di dalam doa. Namun benar juga kenyataan bahwa banyak orang yang tidak tekun di dalam doanya, mereka yang cepat menyerah, dan terlalu dini (premature) mengatakan, ‘Kehendak-Mu-lah yang jadi.’ Itu sebabnya Tuhan mengatakan, iman yang disertai ketekunan seperti yang diperlihatkan oleh janda ini adalah sebuah karakter doa yang langka di bumi (ay. 8).
Tuhan itu penuh kuasa – Ia lebih berkuasa dari hakim yang lalim itu. Tuhan itu baik – Ia tidak jahat seperti hakim yang lalim itu. Tuhan itu mendengarkan dan menjawab setiap doa-doa kita.
No comments:
Post a Comment