Kata ‘miskin’
di dalam bahasa Yunani adalah ptochos.
Kata ini sebenarnya lebih tepat untuk diterjemahkan dengan arti ‘malang’ atau
‘kemalangan’ – dan tidak seharusnya diartikan dengan sempit sebagai kemiskinan
finansial. Pada jaman Perjanjian Baru telah terjadi segregasi masyarakat dimana
sistem agamawi dan struktur sosial telah menguntungkan sebagian orang, dan
akibatnya merugikan banyak orang. Mereka yang dirugikan disebut oleh Alkitab
sebagai ptochos, artinya: kaum yang
malang, yang tersisih, kelas dua, yang marjinal, dan yang terpinggirkan. Mereka
ini adalah secara etnis orang-orang non-Yahudi (Lk 10.25-37), secara jender kaumperempuan
(Lk 7.36-50) dan para janda (Lk 20.45-21.4), secara kelompok usia adalah anak-anak
(Lk 18.15-17), secara religius orang berdosa dan pemungut cukai (Lk 19.1-10),
secara ekonomi kaum miskin (Lk 18.1-8), secara kondisi jasmaniah orang-orang
cacat dan yang tidak tahir (Lk 18.35-43). Semua kelompok tersebut oleh penguasa
politik dan pemimpin agama pada waktu itu dianggap kelompok yang terpinggirkan:
mereka bukan bagian dari umat Allah, kelompok yang seharusnya tidak disentuh (the untouchables). Namun demikian, Tuhan
Yesus sangat mengasihi mereka – dan tidak jarang melayani dan membela mereka.
Di balik sikap
Tuhan Yesus terhadap kelompok yang malang ini adalah motif belas kasihan dan
keadilan (compassion and justice).
Hati Tuhan Yesus penuh dengan belas kasihan melihat mereka yang terpinggirkan.
Mereka menjadi miskin/malang bukan karena kemauan mereka, tetapi karena sistem
politik dan struktur sosial telah melumpuhkan mereka untuk dapat melepaskan
diri dari kemalangan tersebut. Dengan kata lain, kemalangan mereka adalah
akibat ketidak-adilan dan kejahatan dari kaum elit dan penguasa pada waktu itu.
Dunia dimana
kita hidup hari ini jauh lebih kejam dibandingkan dunia Perjanjian Baru ketika
Tuhan Yesus hidup. Ketidak-adilan dan perlakuan yang semena-mena terhadap kaum
marjinal terjadi di mana-mana. Jurang di antara yang kaya dan yang miskin
Nampak begitu lebar. Kita, sebagai orang Kristen terkadang perlu berkaca dan
bertanya: apakah melalui sikap dan gaya hidup, kita juga telah ikut berperan di
dalam mengabaikan orang-orang yang miskin dan terpinggirkan – atau seperti
Tuhan Yesus, hati kita dipenuhi dengan belas kasihan untuk merangkul dan
melayani mereka? (EP)
Setuju Pak, banyak di antara mereka yang miskin bukan karena malas atau gak mau berusaha, tapi karena kondisi yang menempatkan mereka di posisi seperti itu. Oalah Pak, aku liat foto anak2 ini jadi pengen nangis. Berapa banyak yang kayak mereka di luar sana? Makasih ya Pak buat tulisan & fotonya. GBU. Dewi Iswari.
ReplyDelete