Uang
menggambarkan kekayaan materi dari pemiliknya. Selain itu, uang juga
menggambarkan status atau ‘kelas’ sosial dari seseorang. Di dalam Lukas 15.8-10
diceritakan mengenai seorang perempuan yang memiliki sepuluh dirham. Dirham
adalah uang yang terbuat dari logam emas atau perak. Satu dirham beratnya
kira-kira 8 gram. Di tanah Palestina dua ribu tahun lalu, bukanlah suatu hal
yang wajar bagi perempuan untuk memiliki dirham, apalagi jika jumlahnya sepuluh
buah. Perempuan ini pastilah seorang kaya dan berkelas – atau setidaknya ia
sangat beruntung. Karenanya bagi perempuan ini, dirham-dirham tersebut sangat
berharga. Perumpamaan ini akan sedikit berbeda jika pemiliknya adalah laki-laki
yang mengendalikan ekonomi keluarga dan terbiasa dengan uang di dompetnya.
Apa yang
terjadi jika satu di antara dirham-dirham tersebut hilang? Jawabnya: perempuan
tersebut akan dengan sekuat tenaga mengerahkan usahanya untuk menemukan dirham
yang hilang tersebut. Injil Lukas mengatakan bahwa ia akan menyalakan pelita (using the best tool), menyapu rumah (doing the right thing) dan mencarinya
dengan cermat (focus). Sampai kapan?
Sampai dirham tersebut ditemukan kembali (15.8 - persistence). Sepuluh dirham yang dimiliki perempuan tersebut
menggambarkan hidup manusia kepunyaan Tuhan. Hidup manusia itu sedemikian
berharganya di hadapan Tuhan. Tuhan tidak menginginkan kepunyaan-Nya itu
terhilang. Namun jika kepunyaan-Nya itu terhilang, Tuhan akan berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk menemukannya. Gambaran tersebut menggambarkan hati Tuhan
melihat manusia berdosa yang tersesat. Mereka sejatinya adalah milik Tuhan, dan
Tuhan ingin supaya manusia milik-Nya itu bertobat dan kembali kepada-Nya.
Jika dirham
yang terhilang tadi berhasil ditemukan, bersukacitalah perempuan itu. Ia
mengalami kelepasan dan kelegaan karena apa yang dicarinya ditemukannya
kembali. Tidak hanya itu, perempuan tersebut dengan bangga menyatakan
sukacitanya kepada tetangga-tetangganya (15.9). Ketika manusia yang terhilang
kembali kepada Tuhan; ketika yang tersesat dan berdosa bertobat, hati Tuhan
meluap dengan sukacita. Sukacita yang besar ini bahkan menular kepada para
malaikat di surga (15.10).
Singkatnya:
(1) Tuhan terluka ketika milik kepunyaan-Nya tersesat meninggalkan-Nya. (2) Tuhan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencari kepunyaan-Nya yang hilang dan
tersesat dengan segala usaha yang dapat dilakukan-Nya. (3) Tuhan sangat
bersukacita ketika miliknya yang tersesat dan berdosa bertobat dan kembali
kepada-Nya. Jika kita dapat memahami hati Tuhan yang seperti ini, sebagai
gereja-Nya kita perlu bertanya: Sudahkan kita menjadi gereja atau orang percaya
yang memiliki hati Tuhan? Sudahkah kita menyalakan pelita, menyapu rumah,
mencari dengan cermat sampai yang berdosa dan tersesat kembali dan bertobat?
(EP)