Sunday 14 October 2012

WORSHIP GOD IN SPIRIT AND IN TRUTH (JOHN 4.23-24)




Biasanya ‘menyembah di dalam roh dan kebenaran’ dipakai untuk menunjukkan kontras antara pengalaman rohani yang penuh ekstasi dengan logika manusia. ‘Di dalam roh’ sering dimengerti sebagai bentuk penyembahan yang tidak dipahami oleh logika manusia. Sebaliknya ‘di dalam kebenaran’ mewakili akal sehat manusia. Beberapa orang menafsirkan ungkapan ini bahkan lebih jauh lagi, misalnya ‘di dalam roh’ adalah menyembah dengan bahasa roh, sedangkan ‘di dalam kebenaran’ berarti menyembah di dalam bahasa manusia.

Menurut ayat ke-23 dan ke-24, menyembah di dalam roh dan menyembah di dalam kebenaran bukanlah suatu pilihan. Mari kita perhatikan beberapa bagian penting dari teks ini: (1) Allah itu Roh (ay. 24); (2) penyembah yang dikehendaki adalah penyembah yang benar (ay. 23); (3) Cara menyembah yang dikehendaki adalah ‘di dalam roh dan kebenaran’ (ay. 24). Di dalam bahasa Yunani, kata ‘dan’ (kai) bisa menunjukkan dua hal yang berbeda (misalnya: mangga dan jambu). Namun kata tersebut dapat juga berfungsi untuk menekankan dua hal yang sama (misalnya: enak dan lezat). Karenanya kita bisa membaca ‘roh’ dan ‘kebenaran’ sebagai dua hal yang berbeda – atau sebagai dua hal yang sama. Jika roh dan kebenaran adalah dua hal yang sama, maka menyembah di dalam roh adalah menyembah di dalam kebenaran. Pemahaman ini nampaknya lebih tepat. Mengapa?

Allah adalah Roh (ay. 24). Bukankah Allah adalah juga kebenaran? Namun Injil Yohanes tidak merasa perlu untuk mengatakannya. Atribut yang dilekatkan pada penyembah (manusia) adalah ‘penyembah-penyembah benar’ (ay. 23). Bukankah manusia juga sesungguhnya makhluk rohani? Namun Injil Yohanes tidak merasa perlu untuk mengatakannya. Singkatnya, renungan ini mengajak pembaca memahami bahwa menyembah di dalam roh (apapun itu artinya) adalah menyembah di dalam kebenaran (apapun itu artinya). Keduanya mengungkapkan sesuatu yang sama.

Sebagai kesimpulan yang sederhana: Pertama, Allah adalah Roh, karenanya menyembah di dalam roh menunjukkan bahwa tindakan menyembah Tuhan adalah suatu usaha untuk memenuhi standar ilahi (apa yang disyaratkan oleh Tuhan). Menyembah bukanlah tindakan yang memuaskan penyembah, tetapi tindakan yang memuaskan Allah. Bukan perasaan manusia yang menjadi batu penguji, tetapi perasaan Tuhan yang menjadi standar. Kedua, kata ‘kebenaran’ menjelaskan syarat atau standar yang diminta Tuhan. Penyembah yang benar sudah seharusnya hidup benar dan di dalam kebenaran. Memang benar tidak ada manusia yang sempurna. Tapi adalah benar juga bahwa tidak sembarang orang dapat menghampiri hadirat Tuhan yang maha suci. Di dalam kedua ayat inilah (Yohanes 4.23-24), Tuhan Yesus menjelaskan tiga hal mendasar di dalam menyembah Tuhan: (1) fokus penyembahan adalah Tuhan; (2) standar penyembahan ditentukan oleh Allah; (3) syarat penyembahan yang benar adalah penyembah-penyembah yang hidup di dalam kebenaran.

No comments:

Post a Comment