Sunday 19 February 2012

KRISTEN BERANDA – KRISTEN RUANG TAMU – KRISTEN RUANG MAKAN

Andy Stanley adalah pendeta dari Northpoint Community Church di Atlanta, Georgia. Ia memiliki visi yang sangat jelas di dalam mengembangkan kelompok-kelompok kecil yang saling memperhatikan (care group) di dalam kehidupan bergereja. Pendeta Stanley menggambarkan kehidupan gereja layaknya seperti sebuah rumah. Ada beranda, ada ruang tamu, dan ada ruang makan atau dapur. Beranda menggambarkan Ibadah Minggu, Kebaktian Kebangunan Rohani dan acara-acara besar lainnya. Biasanya orang masuk ke rumah melalui beranda. Demikian juga gereja, orang tertarik ke gereja karena acara-acara yang besar dan menarik. Biasanya orang-orang yang demikian datang ke gereja karena mereka memiliki kebutuhan tertentu yang dapat dipuaskan di gereja. 

Hubungan yang lebih dalam dan percakapan yang lebih serius dibangun di ruang tamu. Menjadi anggota gereja sejatinya berbeda dari pengunjung IbadahMinggu semata. Biasanya di ‘ruang tamu,’ jemaat mulai tertarik terlibat di dalam pelayanan-pelayanan tertentu sesuai dengan bidang ketertarikannya. Jemaat ‘ruang tamu’ juga mulai aktif di dalam persekutuan-persekutuan berukuran sedang sesuai dengan kebutuhan masing-masing, misalnya Persekutuan Wanita, Persekutuan Lanjut Usia, Kelompok Bible Study, Pertemuan Doa Mingguan dan lain sebagainya. 

Keintiman sebuah Keluarga, namun demikian dibangun di atas meja makan. Di sinilah persahabatan dan hubungan yang sejati dipupuk dan ditumbuhkan. Ruang makan melambangkan kelompok kecil yang saling memperhatikan (care group), dimana komunikasi yang terbuka dapat dilakukan. Satu anggota menaruh kepercayaan kepada anggota yang lainnya. Mereka saling mendoakan. Pendeta Stanley percaya bahwa sukses dari Northpoint Community Church tidak terletak di beranda rumah ataupun di ruang tamu, tetapi di ruang makan atau dapur.

Visi inilah yang memimpin Pendeta Stanley dan gereja yang digembalakannya. Ia percaya bahwa tugas utamanya adalah membawa Kristen Beranda menjadi Kristen Dapur; Dari Kristen yang suka dengan acara-acara besar kepada Kristen yang saling memperhatikan di dalam kelompok kecil; Dari Kristen yang ke gereja karena mencari pemenuhan kebutuhan pribadi kepada Kristen yang memberikan dirinya sebagai hamba-hamba yang melayani-Nya. Apakah Kristen Beranda berdosa dan buruk? TIDAK! Apakah Kristen Ruang Tamu kurang baik? TIDAK JUGA! Namun demikian, kita dipanggil bukan hanya untuk diberkati, tetapi juga untuk bertumbuh dan menjadi berkat.

Wednesday 8 February 2012

APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU? (YOHANES 21.15-21; ROMA 5.1-12)

Salah satu tokoh moderen yang hatinya dipenuhi oleh kasih kepada Tuhan dan sesamanya adalah Mother Teresa (1910-1997). Hampir di dalam setiap kesempatan berbicara, Mother Teresa tidak lupa menyebutkan kata ‘kasih.’ Banyak juga orang yang senang berbicara mengenai kasih, namun Mother Teresa berbeda karena ia tidak hanya berbicara tentang kasih, ia melakukan kasih kepada orang-orang yang bahkan sebenarnya tidak layak untuk menerimanya. Apa yang dilakukan oleh Mother Teresa sebenarnya adalah cerminan dari apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi manusia ciptaan-Nya. Tuhan mengasihi kita sedemikian rupa, sehingga Ia rela mati untuk menebus dosa-dosa kita. Kita tidak layak untuk menerimanya, tetapi Tuhan telah menganugerahkan kasih-Nya bagi kita, dan semua itu karena kasih-Nya (Roma 5.1-11).

Suatu kali seorang remaja Amerika yang bernama Jessica bertanya kepada Mother Teresa, ‘Apa yang dapat dibuat oleh kaum remaja di Amerika untuk dapat membantu pelayanan Mother Teresa?’ Mother Teresa menjawab: ‘Pulanglah ke rumahmu, ajaklah keluargamu untuk berdoa bersama. Karena dari doa, tumbuhlah iman, dan dari iman tumbuhlah kasih. Kasih itulah modal dan energi yang memampukanmu untuk melayani.’ Di dalam realita kehidupan kristiani, kebenaran semacam ini langka. Berapa banyak orang Kristen yang melayani dengan sibuk dan giat, namun tidak didasarkan pada kasih? Ketika Tuhan bercakap-cakap dengan Petrus di dalam Injil Yohanes 21.15-21, pertanyaan yang diajukan berulang-ulang adalah, ‘Apakah engkau mengasihi  Aku?’ Tuhan tidak bertanya, apa yang sudah kamu kerjakan untuk gereja. Tuhan juga tidak bertanya berapa besar perpuluhan yang kamu setorkan ke kantong persembahan. Tuhan tidak terlalu peduli dengan segala pengorbanan, jasa-jasa dan kelelahan kita. Tuhan hanya ingin tahu satu hal saja, ‘Apakah kamu mengasihi Aku?’

Di tengah maraknya peringatan akan hari Kasih Sayang (Valentine), mari kita belajar mengenai dua hal yang amat penting: (1) Kasih yang sejati adalah tindakan mengasihi bahkan bagi mereka yang tidak layak untuk menerima kasih kita, juga mereka yang telah menyakiti dan melukai kita sekalipun. (2) Bagi Tuhan, besarnya pelayanan kita tiada berarti jika tidak didasari oleh kasih kepada-Nya. 

Sunday 5 February 2012

BERDOA SAMPAI TUHAN MENJAWAB (LUKAS 18.1-8)

Seorang janda adalah bagian dari kelompok masyarakat yang lemah di Palestina dua ribu tahun yang lalu. Seorang hakim sebaliknya adalah sosok yang penuh kuasa pada waktu itu. Di balik perumpamaan ini adalah kontras antara kaum lemah dan kaum berkuasa. Di dalam doa permohonan, manusia mewakili umat yang lemah, dan Tuhan mewakili sosok yang berkuasa. Beberapa pokok penting yang dapat menyegarkan kembali kehidupan doa kita adalah sebagai berikut:

Pertama, doa sesungguhnya adalah keyakinan bahwa Tuhan mampu melakukan apa yang tidak mampu kita lakukan. Sederhananya, doa menunjukkan pengakuan bahwa Tuhan itu mampu (God is able). Janda ini mengerti bahwa hanya hakim itulah – meskipun ia lalim – yang dapat membela hak-nya, dan karenanya ia tiada henti merengek menuntut keadilan kepada hakim tersebut (ay. 3-4).

Kedua, doa permohonan yang sungguh adalah tangisan dari dalam hati yang tidak dapat dibendung. Air mata tidak berhenti mengalir sampai jawaban doa diberikan. Doa permohonan bukan sekedar kata-kata indah, tetapi ekspresi kesesakan dari dalam hati (ay. 5). Seperti yang dialami oleh janda ini, perlakuan tidak adil yang diterimanya melahirkan sebuah doa permohonan yang meluap dari hati.

Ketiga, doa permohonan yang sungguh disertai ketekunan (ay. 7). Kita mungkin bertanya: ‘Bukankah Tuhan Yesus menasihatkan supaya jangan berdoa bertele-tele (band. Matius 6. 5-8)?’ Jangan salah! Nasihat untuk tidak berdoa bertele-tele diberikan sebagai perlawanan terhadap kemunafikan orang Farisi, yang berdoa panjang untuk dilihat orang rohani. Kita mungkin bertanya lagi: ‘Bukankah tidak boleh memaksakan kehendak pribadi kepada Tuhan?’ Benar! Kita tidak dipanggil untuk memaksakan kehendak pribadi kita di dalam doa. Namun benar juga kenyataan bahwa banyak orang yang tidak tekun di dalam doanya, mereka yang cepat menyerah, dan terlalu dini (premature) mengatakan, ‘Kehendak-Mu-lah yang jadi.’ Itu sebabnya Tuhan mengatakan, iman yang disertai ketekunan seperti yang diperlihatkan oleh janda ini adalah sebuah karakter doa yang langka di bumi (ay. 8).

Tuhan itu penuh kuasa – Ia lebih berkuasa dari hakim yang lalim itu. Tuhan itu baik – Ia tidak jahat seperti hakim yang lalim itu. Tuhan itu mendengarkan dan menjawab setiap doa-doa kita.